A. PENDAHULUAN
”
Tuhan memberikan hikmat kepada orang yang dikehendaki nya dan siapa
yang diberi hikmat, maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali dan
hanya orang – orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran” (
QS. Al-Baqarah: 269).
Falsafah
atau filsafat yang berarti cinta kepada pengetahuan. Dengan menjadikan
pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidup nya,atau dengan kata
lain,orang yang mengabdikan dirinya kepada pengtahuan. Orang yang cinta
pengetahuan itu disebut “ filsuf “ atau “ filosof”.
Syekh Mustafa
Abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata “ filsafat” dikalangan
muslim,yaitu “ hikmah dan hakim”. Mereka menyatakan hukama-ul-islam atau
falasifatul islam . Artinya, ilmu ini hadir didunia islam, tanpa
membedakan etnis dan bahasa.
Al-kindi adalah salah seorang filosof
muslim yang pengetahuannya sangat menjelimed. Memadukan filsafat dan
agama sama – sama mencari kebenaran dengan menggunakan akal. Al-haq
al-awwal baginya adalah tuhan. Filsafat yang paling tinggi adalah
filsafat tentang tuhan. Setelah tuhan menciptakan manusia. Dia tiupkan
ruh-nya sehingga manusia hidup,ruh itu sendiri urusan tuhan. Sementara
dengan ruh lah manusia memperoleh pengetahuan yang sebenarnya. Dalam
persoalan ini penulis kan mencoba membahas tentang filsafat yang
sebagian filosof muslim mengklaimnya dan bagaimana korelasinya dengan
agama apakah sejalan atau tidak. Dan bagaimana pandangan al-kindi
tentang ruh tau jiwa apakah jiwa atau ruh itu mati bila jasad telah
busuk atau kekal dan bila kekal dimana ia ditempatkan.
B. BIOGRAFI AL- KINDI
Al-kindi
yang dikenal sebagai filosof muslim pertama keturunan arab, nama
lengkapnya adalah abu yusuf ya`qup ibn ishaq ibn shabbah ibn imran ibn
ismail ibn muhammad ibn al-asy`ats ibn qais al-kindi. Ia berasal dari
kabilah kindah, termasuk kabilah terpandang dikalangan masyarakat arab
dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz, al-asy`ats termasuk salah
seorang sahabat nabi, yang meriwayatkan hadist bersama saad bin abi
waqqas. Ikut perang siffin dibawah pimpinan ali ibn abi tholib ia
memegang panji kabilah kindah.
Ia lahir di kuffah sekitar 185 H
(801 M ) atau penghujung abad ke 8 M dan awal abad ke 9 M. ayahnya
adalah ishaq ibn al-shabbah bekerja sebagai gubernur daulah
abbasiah,pada masa pemerintahan al-mahdi ( 775 – 785 M ) dean Harun
Ar-Rasiyd (786 -809 M ). Walaupun orang tuanya meninggal pada usia
mudanya namun kehidupannya tergolong lumayan, namun ia tidak sombong dan
manja ia lebih senang belajar seperti halnya
al-quran,al-hadis,berhitung dan yang lainnya baik di Basrah maupun di
Baghdad.
Kuffah dan basrah, pada abad ke 2 dan ke 3 H ( 8 dan 9 M )
merupakan dua pusat kebudayaan islam yang maju. Kuffah lebih cenderung
kepada studi – studi aqliah; dan dalam lingkungan iktelektual inilah
al-kindi melewatkan masa kecilnya. Dia menghafal al-quran, bahasa arab,
kesusastraan, dan ilmu hitung, fiqh dan qalam.tetapi ia lebih tertarik
kepada ilmu pengetahuan dan filsafat, yang pada keduanya ia mengabdikan
seluruh sisa hidupnya. Ia seorang yang sangat cerdas,telah banyak
menterjemahkan buuku filsafat, menjelaskan berbagai masalah,menyimpulkan
berbagai problem yang sulit dan mengungkapkan problem yang sukar
dipahami. Hal ini karena ia banyak menguasai ilmu yang berkembang pada
waktu di Kuffah dan Baghdad. Seperti kedokteran, filsafat, semantik,
giometri, al-jabar, ilmu falq, astronomi, bahkan ia berkemampuan
mengubah lagu. Jadi, tidak heran kalau al-kindi seorang ahli dari
berbagai ilmu pengetahuan. Karena ia hidup pada puncak kejayaan islam
pada daulah abbbasiah ( al-amin, 809 – 813 M ; al-Ma`mum, 813 – 833 M
).kemashuran al-kindi luar biasa sehingga khalifah al-Mu`tashim
mengangkatnya sebagai guru pribadi putranya ahmad, yang kepadanya ia
persembahkan karya – karya pentingnya. Sehingga telah menghiasi kerajaan
al-Mu`tashim.
Kelahiran dan kematian al-kindi sebenarnya tidak
ada kevalidan dan siapa yang pernah menjadi gurunya. L.Massignon
mengatakan bahwa al-kindi wafatsekitar 246 H (860 M ) . C. Nallino
menduga tahun 260 H (873 M ), T.J.de Baer menyebut 257 H ( 870 M
),adapun Mustafa Abd al-Raziq mengatakan tahun 252 H ( 866 H ), dan
takut al-Himawi menyebutkan setelah berusia 80 tahun atau lebih sedikit.
C.KARYA – KARYA AL-KINDI
Sebagai
seorang filsuf yang sangat produktif, diperkirakan karya yang pernah di
tulis oleh al-kindi dalam berbagai bidang tidak kurangb dari 270 buah.
Dalam bidang filasafat diantaranya adalah :
a)
Kitab al-falsafah al-Ddakhilat wa al-Masa`il al-Mantiqiyah wa
al-Muqtashah wa ma fawqa al-Thabiiyyah ( tentang filsafat yang
diperkenalkan dan masalah – masalah logika dan muskil, serta metafisika
).
b) Kitab al-kindi ila al-Mu`tashim Billah fi al-falsafah al-Ula ( tentang filsafat pertama ).
c)
Kitab Fi Annahu al-Falsafah illa bi` jlm al-Riyadiyah (tentang filsafat
tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matyematika ).
d) \Kitab fi qashd Aristhathalisfi al-Maqulat (tentang maksud – maksud Aristoteles dalam kategori – kategorinya).
e) Kitab fi Ma`iyyah al-Ilm wa Aqsamihi (tantang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
f) \risalah fi Hudud al-Asyya`wa Rusumilah ( tentang definisi benda – benda dan uraiannya ).
g) \Risalah fi Annahu jawahir la Ajsam(tentang substansi – substansi tanpa badan).
h) Kitab fi ibarah al-jawami` al-Fikriyah(tentang ungkapan – ungakapan mengenai ide – ide komprehensif).
i) Risalah al Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah(sebuah tulisan filosofis tentang rahasia – rahasia spiritual).
j)
Risalah fi al-Ibanah an al-Illat al-Fa`ilat al-Qaribah li al-kawn wa al
Fasad(tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam
dan kerusakannya).
D.FILSAFAT AGAMA AL-KINDI
Falsafat
atau filsafat adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani
yaitu philosophia sebagai gabungan dari philein yang berarti” cinta “
dan shoppos yang berarti “ hikmah “. Kemudian philosophia masuk kedalam
bahasa arab menjadi Falsafat yang berarti cara berfikir menurut kogika
dengan bebas, sedalam –dalamnya sampai kepada dasar persoalan.
Dari
segi praktisnya berfilsafat berarti “ berfikir “ . filsafat berarti “
alam fikiran “ atau alam berfikir”. Namun demikian tidak semua berfikir
berarti berfilsafat.Sidi Gazalba mengartikan “ berfilsafat “ berarti
mencari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang
dimasalahkan,berfikir secara radikal, sistematis,dan universal. Dapatlah
dikatakan bahwa intisari filsafat ialah berfikir secara logika dengan
bebas ( tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama ) dan dengan sedalam
– dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar persoalan.
Agama yang
berarti menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada
tuhan dengan menjalankan ajaran agama. intisari yang terkandung
didalamnya adalah “ ikatan “. Agama mengandung arti ikatan – ikatan
yanag harus dipegang dan dipatuhi manusia. Karena mempunyai pengaruh
dalam aktivitas manusia. Dan ikatan itu, mempunyai kekuatan gaib yang
tak dapat ditangkap dengan panca indra.
Oleh karena itu agama diberi defenisi – defenisi sebagai berikut:
1. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia dan dipatuhi.
2.
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yag mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang mempengaruhi
perbuatan – perbuatan manusia.
3. Pengakuan terhadap adanya
kewajiban – kewajiban yang diyakini bersumber dari suatu kekuatan gaib
dan pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia.
4. Ajaran – ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Dengan
demikian dapat kita pahami bahwa unsur yang ada pada agama itu adanya
kekuatan gaib,adanya keyakinan kebaikan didunia ini dan hidup diakhirat
bergantung dengan kekuatan gaib itu.
Dari pengertian
diatas dapat dipahami falsafat agama mengandung arti : “ berfikir
tentang dasar – dasar agama menurut logika dan bebas”. Pemikiran yang
dimaksud bisa mengambil dua bentuk.
a) Membahas dasar –
dasar agama secara analisis dan kritis, tanpa terikat pada ajaran –
ajaran agama dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu
agama.
b) Membahas dasar – dasar agama secara analitis dan kritis,
dengan maksud untuk menyatakan kebenaran ajaran – ajaran agama, atau
sekurang – kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama
tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika.
Dasar –
dasar agama yang dimaksudkan meliputi wahyu, pengiriman Rasul dan Nabi,
ketuhanan, ruh manusia, keabadian, soal hidup sesudah mati dan
sebagainya.
Akhir dari filsafat dan agama itu ialah
“kebenaran”. Filsafat mencari kebenaran dan agama membawa kebenaran.
Namun demikian kebenaran agama tidak akan dirasakan kecuali oleh orang
yang berakal.oleh sebab itu kebenaran agama harus digaliagar lebih jelas
dengan menggunakan nalar filsafat.
Filsafat bagi al-kindi
ialah pengetahuan tentang yang benar. Disinilah terdapat persamaan
filsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar apa
yang baik.demikian halnya filsafat. Agama, disamping wahyu,
mempergunakan akal,dan filsafat juga menggunakan akal. Yang benar
pertama bagi al-kindi ialah tuhan.dan filsafat yang paling tinggi ialah
filsafat tentang tuhan. Bahkan al-kindi berani mengatakan bagi orang
yang menolak filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya
kepada “kafir”, karena orang – orang tersebut telah jauh dari
kebenaran, walaupun menganggap dirinya paling benar. Karena keselarasan
antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan: (1) ilmu agama
merupakan bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi
dan kebenaran filsafat saling bersesuaian dan,(3) menurut ilmu, secara
logika, diperintahkan dalam agama.
Mengenai kosmologi, al-kindi
berpendapat bahwa alam ini dijadikan tuhan dari tiada, allah tidak hanya
menjadikan alam,tetapi juga mengendalikan dan mengaturnya,serta
menjadikan sebagiannya menjadi sebab yang lain. Artinya, yang asal dan
maha sempurna itu,adalah al-khalik sebagai pencipta makhluk, kemudian
makhluk melahirkan makhluk dan seterusnya sambung – menyambung kebawah
ketingkat terendah.baginya tuhan berada diatas hukum alam, tuhan
menjelmakan alam itu mempunyai suatu sunnah (ketentuan) yang tetap.
Sehingga yang satu menjadi sebab timbulnya yang lain.teori ini dikenal
sebagai istilah emanasi merupakan pembahasan tentang asal usul sesuatu.\
E.FILSAFAT AL-NAFS(JIWA) AL-KINDI
Pada
suatu kesempatan tuhan berwacana: “aku menciptakan menusisa dari
lempung busuk, dan kemudian berkata kepada malaikat : “aku ingin
menciptakan menusia dari tanah”, dan kemudian ia berkata lagi : “apabila
aku telah selesai membentuknya, barulah aku meniupkan ruh-ku
kepadanya”. (QS.al-hijr:29). Apa yang dimaksudkan meniupkan tersebut ?.
apabila yang dimaksudkan adalah tiupan ( ruh ) yang meninggalkan tuhan
dan kemudian bersatu dangan manusia, mka intinya bahwa sangat
dimungkinkan terjadinya pembelahan sifat tuhan. Dan ini tidak akan
pernah terjadi : jawabannya bisa digambarkan dengan ilustrasi tentang
matahari. Apabila matahari berkata, “ aku telah memberikan sinar pada
bumi”,maka hal itu benar.
Ruh atau jiwa itu ada dibawah perintah
tuhanmu. (Ar-ruhu min amr-i-rabbi). Oleh sebab itu, jiwa yang ada
dibawah kata perintah,dan akal muncul sesudah melewati tiga tahap
(Ahdiyah,Wahdat, dan Wahidiyyat) dan didalam pembatasan. Jiwa atau ruh
ini adalah Ruh-I-A`dzam ( Haqiqati Muhammad ) yang merupakan tahap
wahdah itu sendiri;dan tidak dibawah pembatasan. Walau jiwa itu pribadi
adalah sebuah pembatasan, namun ia bebas dari materi dan eksistensi,
serta dari warna dan bentuk. Ia merupakan pengenal bagi diri dan bukan –
diri, tetapi tidak dapat di-indra oleh pancaindra yang ada. Pembatas
bagi ruh-I-A`dzam adalah jiwa – jiwa manusia, dan apbila pembatas
semacam itu muncul didalam jasad, jadilah ia ruh binatang atau ruh
makhluk. Sifatnya sangat halus dan setiap bagian terkecil darinya
bertautan dengan partikal jasad. Jiwa inilah yang menerima ganjaran dan
siksaan,dan ia pula yang merasakan kenikmatan jasmani.
Menurut
al-kindi jiwa merupakan substansi yang berasal dari tuhan. Tidak
tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi yang
sangat halus, bertabiat mulia dan substansinya adalah sebagian dari
substansi Allah. Cahaya dari cahayanya, seperti cahaya dari matahari,
juga bersifat independen dari jasmani. Jiwa selalu menentang kekuatan
syahwat dankemarahan, serta selalu mengatur kedua kekuatan tersebut
dalam batas – batasnya dan tidak dibenarkan melampaui kekuatan jiwa itu
sendiri. Selain itu jiwa bersifat spritual,ilahiah, terpisah dan berbeda
dengan jisim.
Jasad mempuyai sifat hawa nafsu dan amarah.
Al-kindi memperbandingkan tentang keadaan jiwa. Jika kemuliaaan jiwa
diingkari dan tertarik dengan kesenangan – kesengan jasmani, al-kindi
membandingkan mereka dengan babi, karena kecakapan apetitip menguasi
mereka. Jika dorongan nafsu birahi yang sangat dominan dibandingkan
al-kindi dengan anjing. Sedangkan bagi mereka yang menjadikan akal
sebagai tuannya, dibandingkan al-kindidengan raja. Namun demikian,
antara jiwa dan jisim, kendatipun berbeda tetapi saling berhubungan dan
saling memberi bimbingan. Ini dalah agar hidup manusia itu serasi dan
seimbang. Ketidakseimbangan akan terjadi apabila salah satu dari unsur
ini berkuasa untuk mencapai keseimbangan manusia memerlukan tuntunan
yaitu iman dan wahyu. Jiwa manusia dapat mengenal hakikat – hakikat dan
rahasia – rahasia alam; apabila jiwa itu bersih dari kekuatan – kekuatan
jasmaniahnya, disamping selalu dalam keadaan berfikir dan mencari.
Setelah jiwa berpisah dengan alam jasmani,maka akan mengetahui segala
bentuk hakikat, atau jiwa akn berada di alam al-haq.
Al-kindi berpandapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya, yaitu:
1. kekuatan nafsu
2. kekuatan moral
3. kekuatan akal
kekuatan
akal merupakan kemudi dari dua kekuatan yang lain. Kekuatan apetatif
atau al-qawiyyul haasah, yaitu kekuatan yang dapat mengenal segala yang
dapat dirasakan dan yang nyata. Kekuatan ini tidak dapat membentuk suatu
gambaran, kecuali yang diketahuinya. Seperti mata misalnya,tidak akan
dapat mempersepsikan orang yang mempunyai tanduk atau sayap.
Kekuatan
rasa dimiliki juga oleh hewan, yang fungsinya hanya mengenal bentuk
gambar yang parsial. Seperti gambar tentang warna, bentuk – bentuk
gambar, rasa makan, suara, bau dan rasa sentuhan.
Kekuatan
irascible yaitu kekuatan marah yang dapat menggerakkan urat – urat untuk
melakukan perbuatan pelanggaran atau kesalahan, dan termasuk didalam
adalah kekuatan syahwat. Dan kekuatan cognitive faculty yaitu kekuatan
yang dapat memberikan kepada pengetahuan tentang bentuk (persepsi)
sesutu, tanpa wujud materi. Yakni, setelah hilangnya benda yang
dipersepsikan dari pancaindra kita. Kekuatan jiwa ini berfungsi, baik
pada saat manusia dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak sadar
(tidur). Keistimewaan dari kekuatan ini dapat membentuksebuah persebsi,
seperti mempersepsikan sebuah gambar manusia dengan kepala singa.
Kekuatan ini juga dapat menghapal atau menyimpan segala bentuk persepsi
yang telah diterimanya.
Al-kindi meyakini kekalnya jiwa.
Menurutnya, tidak smeua jiwa pada saat meninggalnya jasmani menuju
ketempatnya. Karena, ada sebagian jiwa manusia tidak berpisah dengan
benda – benda (badan), seperti jiwa sesutu yang buruk akan menuju ke
alam falaki, seperti ke bulan, dan akan menetap didalamnya dalam masa
beberapa lama. Jika buruk itu telah membersihkan dirinya, maka akan
meningkat ke alam yang lebih tinggi, seperti naik ke alam bintang yang
lebih bersih. Setelah jiwa menghilangkan kotoran perasaan dan khayalan –
khayalan buruknya, maka akan naik kealam akal. Dan pada saat itu alam
akal sesuai dengan Nur Al-Bari, yaitu cahaya alahi. Kendatipun bagi
al-kindi jiwa adalah qadim namun kekekalannya berbeda dengan qadimnya
Tuhan. Qadimnya jiwa karena diqadimkan oleh tuhan.
F. PENUTUP
Al-kindi
adalah nama yang dinisbatkan dari al-kindah, seorang filsuf muslim
pertama. Dan yang pertama kali memperkenalkan buah pikiran filosof –
filosof yunani serta memberikan analisa – analisa yang menjelimed. Dan
sangat berjasa untuk menjadikan filsafat sebagai salah satu khazanah
pengetahuan islam setelah disesuaikan lebih dahulu dengan agama.
Substansi
jiwa menurutnya terpisah dari benda, akan tetapi terkait dengan benda
dalam hubungannya dengan perbuatan – perbuatannya. Karena, jasmani
memang menjadi alat baginya untuk menunaikan suatu perbuatan. Dan jiwa
yang suci itulah yang akan kembali ke alam kebenaran.