Tampilkan postingan dengan label Spiritual. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Spiritual. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Januari 2013

Setelah kita mati tubuh kita terurai menjadi atom


Atom atom ini yang akan masuk ke tubuh berbagai mahluk lainnya lewat makanan, minuman dan udara



Molekul tersusun oleh ikatan ikatan atom yang sedemikian rupa menyusun dirinya membentuk suatu ikatan ikatan khas dengan menghasilkan sifat fisik dan kimiawi yang khas pula. Atom atom inilah sebenarnya yang cerdas dalam usaha merangkai sebuah molekul. Seolah olah atom ini tahu bagaimana membentuk ikatan protein tertentu. Jenis jenis atom, muatan muatannya terseleksi sedemikian rapi dan teratur, kuat dan melakukan reaksi reaksi yang terpilih dan terpilah dan sangat tidak sembarangan. 

Jadi seolah olah atom inilah yang memegang kendali kehidupan sebuah molekul. Molekul air, udara, besi , lemak tertentu, karbohydrat tertentu dan protein tertentu memiliki susunan dan ikatan atom yang tidak sembarangan. Tehnik dengan mengubah susunan atom pada suatu zat adalah tehnik industri masa depan. Molekul air adalah H2O tidak bisa lain yaitu 2 molekul Hydrogen dan 1 molekul Oksigen. Kalau lain susunan atomnya maka zat yang terbentuk bukanlah air. 
Tubuh kita bagaikan sungai atom yang selalu mengalir tapi demikian rapi dan terukur sehingga terbentuk suatu keseimbangan yang sangat mengagumkan. Jika tubuh kita kelebihan atau kekurangan atom atom tertentu seperti Kalium atau natrium maka kita akan sakit karena keseimbangan tingkat molekul terganggu.  

Atomlah yang selalu aktif berkumpul dan berurai membentuk molekul molekul. Dan molekul membentuk zat zat. Kemudian zat zat membentuk sel. Dan sel sel membentuk jaringan. Dan jaringan jaringan membentuk Organ. Dan Organ organ membentuk tubuh. Jika kita mati maka tubuh kita terurai dan kembali menjadi atom atom lagi. Atom atom ini yang akan masuk ke tubuh berbagai mahluk lainnya lewat makanan, minuman dan udara. Jadi seperti saling bertukar baju

Hidup kita di dunia memakai baju yang sama bahannya dengan semua mahluk lainnya yaitu atom atom. Subyektivitas ego dan kegelapan kesadaran seakan akan membuat kita merasa berbeda, sedangkan kejernihan kesadaran akan mampu menguak realitas yang sebenarnya.


sumber: spiritual-sains.blogspot.com

Sabtu, 31 Maret 2012

Misteri Sebuah Gambar





1. Syariat.
Ini adalah ilmu sama ada ilmu bagi amalan, lahir (feqah) atau ilmu bagi amalan hati (tasawuf). Ini adalah langkah pertama dalam tertib beramal. Ia melibatkan ilmu tentang peraturan, hukum-hakam, halal haram, sah batal dan sebagainya. Ilmu perlu dalam beramal. Tanpa ilmu, kita tidak tahu macam mana hendak beramal mengikut cara yang Tuhan mahu. Kalaupun kita sudah cinta dan takut dengan Tuhan dan kita terdorong untuk menyembah-Nya, kita tidak boleh berbuat demikian ikut sesuka hati kita atau ikut cara yang kita cipta sendiri. Tuhan tidak terima, kita mesti ikut cara yang ditetapkan oleh Islam, kita mesti belajar. Amalan tanpa ilmu itu tertolak. Ilmu atau syariat ini ibarat biji benih.

a. Kurva atas dan bawah : Perjalanan hidup yang naik turun, di atas dan di bawah Lambang kehidupan makhluk , Hidup sejati dari Al-Hayyu harus dijalani susah senang, gembira derita, tawa tangis, Karena hidup perjalanan pada garis waktu ke depan yang tidak bisa mundur. Dan bukan hidup apabila tidak melalui dua pasangan kondisi di atas. Karena dengan gelombang naik turun lah hidup meniti waktu. Tidak ada kekuatan untuk mempertahankan di atas selamanya, dan di bawah selamanya. Jika ada kekuatan seperti itu malah akan melawan alam hidup dan merusak dirinya karena akan lepas dari garis lurus.

b.Garis lurus : Garis hidup, garis waktu, (shirotol mustaqim) Senang susah perjalanan hidup disyukuri dan dinikmati Pada Garis lurus pada tuntunan Ajaran Tuhan sebagai patokan pemandu arah dan pegangan hidup. Sehingga dalam keadaan senang akan dinikmati lalu disyukuri. Begitu pula dalam keadaan derita/susah akan dinikmati lalu disyukuri, tanpa keputus asaan. Apabila lepas dari garis ini maka arah kurva akan hilang karena "hidup" sudah tidak ada dan tidak dapat mencapi tahapan selanjutnya. Apabila tetap pada garis maka kurva kehidupan akan kembali pada garis lurus. Dimana terlahir dimulai pada awal pada garis dan berakhir pada garis pula.

Sebagaimana dicontohkan pada kehidupan Rasul,Nabi, Auliya, semuanya mengalami dinamika turun naiknya kehidupan, namun mereka kokoh pada garis menuju Tuhan. Jadi hidup tidak dapat diteori kan, tetapai dijalani dan dinikmati kemudian disyukuri. :susah dan lapar puasa, ngantuknya bangun subuh untuk sholat, diejeknya berjilbab, bankrutnya usaha, terpilihnya jadi anggota Dewan dsb

c. 3 kurva di atas + 3 kurva di bawah + 1 garis = 7 jalan
3 kurva di atas + 3 kurva di bawah = berpasangan = Perjalanan Hidup Makhluk
1 = Jalan Menuju Tuhan 

2.Tariqat.
Ini adalah peringkat menghidupkan ilmu menjadi amalan sama ada amalan lahir maupun amalan hati secara istiqamah dan bersungguh-sungguh. Ilmu (syariat) yang ada perlu dilaksanakan. Ini dinamakan juga tariqat wajib dan ia tidak sama maksudnya dengan tariqat sunat yang mengandungi wirid-wirid dan zikir-zikir yang menjadi amalan sesetengah pengamal-pengamal sufi. Tariqat ini ibarat kita menanam biji benih tadi (syariat) hingga ia bercambah, tumbuh dan menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun.

a. Tiga lingkaran :
Tiga lingkaran masing-masing melambangkan 3 alam (dimensi) pada manusia, alam perbuatan, alam fikiran, dan alam hati. Tiga alam ini adalah pada dasarnya memiliki otoritas dalam aktivitasnya. Masing-masing memiliki aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang memiliki beban tanggung jawab karena adanya otoritas. Perbuatan akan membuahkan amalan lahir yang menghasilkan buah perbuatan. Pemikiran pun demikian akan menghasilkan buah pemikiran yang harus dipertanggung jawabkan juga demikian berlaku untuk hati. Karena memiliki otoritas (kewenangan) dari 3 alam tadi maka masing-masing dapat beresiko tidak terkendali. Apabila berjalan tanpa kendali, berjalan masing-masing maka tibalah pada tahap kebingungan yang akan kotraproduktif, merusak diri, merusak masyarakat, dan lingkungan akhirnya rusaklah "hidup"nya dan semakin jauh dari TuhanNya. Seakan lepas dari ikatan masing-masing berjalan sendiri-sendiri sehingga yang ada kehampaan jiwa, kekosongan hati, kesia-sia an aml perbuatan.

Untuk itu masing-masing alam harus mampu terkoordinasi dalam garis lurus menuju Tuhan sebagai kendali acuan masing-masing sehingga berjalan seiring, harmonis dan seimbang. Yaitu berada dalam kesadaran nilai2 Ketuhanan pada alam perbuatan, alam fikiran dan alam hati.

Lalu para Auliya memiliki berbagai metode pengendalian 3 alam tadi untuk melakukan upaya-upaya keras, konsisten agar 3 alam tadi bergerak sinkron, harmonis, seimbang dalam ikatan tali garis lurus menuju Allah. Masing-masing metode memiliki karakter yang berbeda disesuaikan dengan sifat dasar individu. Macam-macam metode yang diformulasikan dalam bentuk amalan dzikir, doa dan amalan khusus lainnya. Thoreqot itu jalan / metode/prosedur yang telah disahkan dengan menunjuk keberhasilan dari pembawanya (Auliya). Untuk menjalani metode ini harus dibimbing oleh tutor (mursyid) yang akan menilai kemampuan, membimbing hingga tahap selanjutnya. Sebagaimana dalam Budha pun sebelum menjadi biksu para biksu senior menilai dulu sifat, karakter, dan karma yang dibawa (masalah genetik lahir batin) sebelum melalui pendidikan biksu.

b. Lingkaran :
Pada tahap ini sudah tidak ada gejolak naik turun kurva lagi, namun segala sesuatu kejadian sudah dilihat secara utuh baik sisi putih dan sisi gelap. Jadi akan selalu diambil nilai prositif dari putih maupun hitam. Seluruh penilaian seakan melihat dari atas ke bawah, melihat seluruh kejadian secara terintegrasi tidak parsial setengah lingkaran dan berada tanpa larut dalam kejadian itu sendiri (kejadian pada alam perbuatan, alam fikiran dan alam hati) (titik tengah lingkaran bersentuhan dengan garis lurus). Dalam objektifitas /kejujuran/ kemurnian/ dengan mengacu pada penilaian positif kepada Tuhan secara konsisten. Sehingga akan dicapai pengenalan mendalam tentang "hidup".

3.Hakikat.
Hakikat adalah buah. Selepas kita ada syariat, kemudian kita amalkan syariat itu hingga ia naik ke peringkat tariqat, yakni ia menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun, maka kalau cukup syarat-syaratnya maka pokok itu akan menghasilkan buah. Buah tariqat adalah akhlak dan peningkatan peringkat nafsu atau pencapaian maqam-maqam mahmudah. Boleh jadi ia menghasilkan maqam sabar , maqam redha , maqam tawakkal , maqam tawadhuk , maqam syukur dan berbagai-bagai maqam lagi. Boleh jadi hanya terhasil satu maqam sahaja (sebiji buah sahaja) atau boleh jadi akan terhasil beberapa maqam yang berbeda dari satu pokok yang sama. Hakikat adalah perubahan jiwa atau perubahan peringkat nafsu hasil dari syariat dan tariqat yang dibuat dengan faham dan dihayati.

4.Makrifat .
Ini adalah hasil dari hakikat, iaitu hal-hal hakikat yang dapat dirasai secara istiqamah. Ia adalah satu tahap kemajuan rohaniah yang tertinggi hingga dapat benar-benar mengenal Allah dan rahsia-rahsia- Nya. Orang yang sudah sampai ke tahap ini digelar Al Arifbillah.
====================================================================

Kalau di-IBARAT-kan dengan Urusan MAKANAN, maka :

1).SYARI'AT itu.............MENGHAFAL Resep Makanan.
....(TIDAK pernah MEMAKAN semua makanan yang dihafal)
....(Hanya sampai batas meng-HAFAL saja,
....tapi TIDAK pernah me-MAKAN).
.
.
2).THORIQOT itu...........PERJALANAN Makanan dari PIRING
.........................................ke MULUT kita.
....(Kalau Makanan TETAP di Piring....kapan MAKAN-nya?).
.
.
3).HAQIQAT itu.............MEMAKAN (me-RASA-kan) Makanan.
....(Me-RASA-kan NIKMAT-nya).
.
.
4).MA'RIFAT itu.............MENELAN MAKANAN.
.
.
.
.
.
Orang2 yang berkecimpung HANYA di Syari'at saja;
Mereka HAFAL semua RESEP Makanan;
Tetapi BELUM pernah memakan Makanan satupun
yang daftarnya tercantum di tumpukan resep2 itu.
.
Padahal NIKMAT itu...barulah bisa diperoleh pada saat MEMAKAN;
BUKAN pada saat Menghafal Resep2.
.
.
Oleh sebab itu diperlukan PERJALANAN (THORIQOT)
agar Makanan bisa sampai di Mulut;
agar bisa merasakan NIKMAT dengan cara MEMAKAN (HAQIQAT).
dan MENELAN (MA'RIFAT)

Senin, 12 Desember 2011

Pandangan al-kindi tentang filsafat agama dan al-nafs

A. PENDAHULUAN

” Tuhan memberikan hikmat kepada orang yang dikehendaki nya dan siapa yang diberi hikmat, maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali dan hanya orang – orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran” ( QS. Al-Baqarah: 269).

Falsafah atau filsafat yang berarti cinta kepada pengetahuan. Dengan menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidup nya,atau dengan kata lain,orang yang mengabdikan dirinya kepada pengtahuan. Orang yang cinta pengetahuan itu disebut “ filsuf “ atau “ filosof”.

Syekh Mustafa Abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata “ filsafat” dikalangan muslim,yaitu “ hikmah dan hakim”. Mereka menyatakan hukama-ul-islam atau falasifatul islam . Artinya, ilmu ini hadir didunia islam, tanpa membedakan etnis dan bahasa.

Al-kindi adalah salah seorang filosof muslim yang pengetahuannya sangat menjelimed. Memadukan filsafat dan agama sama – sama mencari kebenaran dengan menggunakan akal. Al-haq al-awwal baginya adalah tuhan. Filsafat yang paling tinggi adalah filsafat tentang tuhan. Setelah tuhan menciptakan manusia. Dia tiupkan ruh-nya sehingga manusia hidup,ruh itu sendiri urusan tuhan. Sementara dengan ruh lah manusia memperoleh pengetahuan yang sebenarnya. Dalam persoalan ini penulis kan mencoba membahas tentang filsafat yang sebagian filosof muslim mengklaimnya dan bagaimana korelasinya dengan agama apakah sejalan atau tidak. Dan bagaimana pandangan al-kindi tentang ruh tau jiwa apakah jiwa atau ruh itu mati bila jasad telah busuk atau kekal dan bila kekal dimana ia ditempatkan.

B. BIOGRAFI AL- KINDI

Al-kindi yang dikenal sebagai filosof muslim pertama keturunan arab, nama lengkapnya adalah abu yusuf ya`qup ibn ishaq ibn shabbah ibn imran ibn ismail ibn muhammad ibn al-asy`ats ibn qais al-kindi. Ia berasal dari kabilah kindah, termasuk kabilah terpandang dikalangan masyarakat arab dan bermukim di daerah Yaman dan Hijaz, al-asy`ats termasuk salah seorang sahabat nabi, yang meriwayatkan hadist bersama saad bin abi waqqas. Ikut perang siffin dibawah pimpinan ali ibn abi tholib ia memegang panji kabilah kindah.
Ia lahir di kuffah sekitar 185 H (801 M ) atau penghujung abad ke 8 M dan awal abad ke 9 M. ayahnya adalah ishaq ibn al-shabbah bekerja sebagai gubernur daulah abbasiah,pada masa pemerintahan al-mahdi ( 775 – 785 M ) dean Harun Ar-Rasiyd (786 -809 M ). Walaupun orang tuanya meninggal pada usia mudanya namun kehidupannya tergolong lumayan, namun ia tidak sombong dan manja ia lebih senang belajar seperti halnya al-quran,al-hadis,berhitung dan yang lainnya baik di Basrah maupun di Baghdad.
Kuffah dan basrah, pada abad ke 2 dan ke 3 H ( 8 dan 9 M ) merupakan dua pusat kebudayaan islam yang maju. Kuffah lebih cenderung kepada studi – studi aqliah; dan dalam lingkungan iktelektual inilah al-kindi melewatkan masa kecilnya. Dia menghafal al-quran, bahasa arab, kesusastraan, dan ilmu hitung, fiqh dan qalam.tetapi ia lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan filsafat, yang pada keduanya ia mengabdikan seluruh sisa hidupnya. Ia seorang yang sangat cerdas,telah banyak menterjemahkan buuku filsafat, menjelaskan berbagai masalah,menyimpulkan berbagai problem yang sulit dan mengungkapkan problem yang sukar dipahami. Hal ini karena ia banyak menguasai ilmu yang berkembang pada waktu di Kuffah dan Baghdad. Seperti kedokteran, filsafat, semantik, giometri, al-jabar, ilmu falq, astronomi, bahkan ia berkemampuan mengubah lagu. Jadi, tidak heran kalau al-kindi seorang ahli dari berbagai ilmu pengetahuan. Karena ia hidup pada puncak kejayaan islam pada daulah abbbasiah ( al-amin, 809 – 813 M ; al-Ma`mum, 813 – 833 M ).kemashuran al-kindi luar biasa sehingga khalifah al-Mu`tashim mengangkatnya sebagai guru pribadi putranya ahmad, yang kepadanya ia persembahkan karya – karya pentingnya. Sehingga telah menghiasi kerajaan al-Mu`tashim.
Kelahiran dan kematian al-kindi sebenarnya tidak ada kevalidan dan siapa yang pernah menjadi gurunya. L.Massignon mengatakan bahwa al-kindi wafatsekitar 246 H (860 M ) . C. Nallino menduga tahun 260 H (873 M ), T.J.de Baer menyebut 257 H ( 870 M ),adapun Mustafa Abd al-Raziq mengatakan tahun 252 H ( 866 H ), dan takut al-Himawi menyebutkan setelah berusia 80 tahun atau lebih sedikit.

C.KARYA – KARYA AL-KINDI

Sebagai seorang filsuf yang sangat produktif, diperkirakan karya yang pernah di tulis oleh al-kindi dalam berbagai bidang tidak kurangb dari 270 buah.
Dalam bidang filasafat diantaranya adalah :

a) Kitab al-falsafah al-Ddakhilat wa al-Masa`il al-Mantiqiyah wa al-Muqtashah wa ma fawqa al-Thabiiyyah ( tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalah – masalah logika dan muskil, serta metafisika ).
b) Kitab al-kindi ila al-Mu`tashim Billah fi al-falsafah al-Ula ( tentang filsafat pertama ).
c) Kitab Fi Annahu al-Falsafah illa bi` jlm al-Riyadiyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matyematika ).
d) \Kitab fi qashd Aristhathalisfi al-Maqulat (tentang maksud – maksud Aristoteles dalam kategori – kategorinya).
e) Kitab fi Ma`iyyah al-Ilm wa Aqsamihi (tantang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
f) \risalah fi Hudud al-Asyya`wa Rusumilah ( tentang definisi benda – benda dan uraiannya ).
g) \Risalah fi Annahu jawahir la Ajsam(tentang substansi – substansi tanpa badan).
h) Kitab fi ibarah al-jawami` al-Fikriyah(tentang ungkapan – ungakapan mengenai ide – ide komprehensif).
i) Risalah al Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah(sebuah tulisan filosofis tentang rahasia – rahasia spiritual).
j) Risalah fi al-Ibanah an al-Illat al-Fa`ilat al-Qaribah li al-kawn wa al Fasad(tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam dan kerusakannya).

D.FILSAFAT AGAMA AL-KINDI

Falsafat atau filsafat adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia sebagai gabungan dari philein yang berarti” cinta “ dan shoppos yang berarti “ hikmah “. Kemudian philosophia masuk kedalam bahasa arab menjadi Falsafat yang berarti cara berfikir menurut kogika dengan bebas, sedalam –dalamnya sampai kepada dasar persoalan.
Dari segi praktisnya berfilsafat berarti “ berfikir “ . filsafat berarti “ alam fikiran “ atau alam berfikir”. Namun demikian tidak semua berfikir berarti berfilsafat.Sidi Gazalba mengartikan “ berfilsafat “ berarti mencari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang dimasalahkan,berfikir secara radikal, sistematis,dan universal. Dapatlah dikatakan bahwa intisari filsafat ialah berfikir secara logika dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama ) dan dengan sedalam – dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar persoalan.
Agama yang berarti menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada tuhan dengan menjalankan ajaran agama. intisari yang terkandung didalamnya adalah “ ikatan “. Agama mengandung arti ikatan – ikatan yanag harus dipegang dan dipatuhi manusia. Karena mempunyai pengaruh dalam aktivitas manusia. Dan ikatan itu, mempunyai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra.

Oleh karena itu agama diberi defenisi – defenisi sebagai berikut:

1. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia dan dipatuhi.
2. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yag mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan – perbuatan manusia.
3. Pengakuan terhadap adanya kewajiban – kewajiban yang diyakini bersumber dari suatu kekuatan gaib dan pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
4. Ajaran – ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa unsur yang ada pada agama itu adanya kekuatan gaib,adanya keyakinan kebaikan didunia ini dan hidup diakhirat bergantung dengan kekuatan gaib itu.

Dari pengertian diatas dapat dipahami falsafat agama mengandung arti : “ berfikir tentang dasar – dasar agama menurut logika dan bebas”. Pemikiran yang dimaksud bisa mengambil dua bentuk.

a) Membahas dasar – dasar agama secara analisis dan kritis, tanpa terikat pada ajaran – ajaran agama dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama.
b) Membahas dasar – dasar agama secara analitis dan kritis, dengan maksud untuk menyatakan kebenaran ajaran – ajaran agama, atau sekurang – kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika.
Dasar – dasar agama yang dimaksudkan meliputi wahyu, pengiriman Rasul dan Nabi, ketuhanan, ruh manusia, keabadian, soal hidup sesudah mati dan sebagainya.

Akhir dari filsafat dan agama itu ialah “kebenaran”. Filsafat mencari kebenaran dan agama membawa kebenaran. Namun demikian kebenaran agama tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang berakal.oleh sebab itu kebenaran agama harus digaliagar lebih jelas dengan menggunakan nalar filsafat.

Filsafat bagi al-kindi ialah pengetahuan tentang yang benar. Disinilah terdapat persamaan filsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar apa yang baik.demikian halnya filsafat. Agama, disamping wahyu, mempergunakan akal,dan filsafat juga menggunakan akal. Yang benar pertama bagi al-kindi ialah tuhan.dan filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang tuhan. Bahkan al-kindi berani mengatakan bagi orang yang menolak filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya kepada “kafir”, karena orang – orang tersebut telah jauh dari kebenaran, walaupun menganggap dirinya paling benar. Karena keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan: (1) ilmu agama merupakan bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian dan,(3) menurut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam agama.
Mengenai kosmologi, al-kindi berpendapat bahwa alam ini dijadikan tuhan dari tiada, allah tidak hanya menjadikan alam,tetapi juga mengendalikan dan mengaturnya,serta menjadikan sebagiannya menjadi sebab yang lain. Artinya, yang asal dan maha sempurna itu,adalah al-khalik sebagai pencipta makhluk, kemudian makhluk melahirkan makhluk dan seterusnya sambung – menyambung kebawah ketingkat terendah.baginya tuhan berada diatas hukum alam, tuhan menjelmakan alam itu mempunyai suatu sunnah (ketentuan) yang tetap. Sehingga yang satu menjadi sebab timbulnya yang lain.teori ini dikenal sebagai istilah emanasi merupakan pembahasan tentang asal usul sesuatu.\

E.FILSAFAT AL-NAFS(JIWA) AL-KINDI

Pada suatu kesempatan tuhan berwacana: “aku menciptakan menusisa dari lempung busuk, dan kemudian berkata kepada malaikat : “aku ingin menciptakan menusia dari tanah”, dan kemudian ia berkata lagi : “apabila aku telah selesai membentuknya, barulah aku meniupkan ruh-ku kepadanya”. (QS.al-hijr:29). Apa yang dimaksudkan meniupkan tersebut ?. apabila yang dimaksudkan adalah tiupan ( ruh ) yang meninggalkan tuhan dan kemudian bersatu dangan manusia, mka intinya bahwa sangat dimungkinkan terjadinya pembelahan sifat tuhan. Dan ini tidak akan pernah terjadi : jawabannya bisa digambarkan dengan ilustrasi tentang matahari. Apabila matahari berkata, “ aku telah memberikan sinar pada bumi”,maka hal itu benar.
Ruh atau jiwa itu ada dibawah perintah tuhanmu. (Ar-ruhu min amr-i-rabbi). Oleh sebab itu, jiwa yang ada dibawah kata perintah,dan akal muncul sesudah melewati tiga tahap (Ahdiyah,Wahdat, dan Wahidiyyat) dan didalam pembatasan. Jiwa atau ruh ini adalah Ruh-I-A`dzam ( Haqiqati Muhammad ) yang merupakan tahap wahdah itu sendiri;dan tidak dibawah pembatasan. Walau jiwa itu pribadi adalah sebuah pembatasan, namun ia bebas dari materi dan eksistensi, serta dari warna dan bentuk. Ia merupakan pengenal bagi diri dan bukan – diri, tetapi tidak dapat di-indra oleh pancaindra yang ada. Pembatas bagi ruh-I-A`dzam adalah jiwa – jiwa manusia, dan apbila pembatas semacam itu muncul didalam jasad, jadilah ia ruh binatang atau ruh makhluk. Sifatnya sangat halus dan setiap bagian terkecil darinya bertautan dengan partikal jasad. Jiwa inilah yang menerima ganjaran dan siksaan,dan ia pula yang merasakan kenikmatan jasmani.

Menurut al-kindi jiwa merupakan substansi yang berasal dari tuhan. Tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi yang sangat halus, bertabiat mulia dan substansinya adalah sebagian dari substansi Allah. Cahaya dari cahayanya, seperti cahaya dari matahari, juga bersifat independen dari jasmani. Jiwa selalu menentang kekuatan syahwat dankemarahan, serta selalu mengatur kedua kekuatan tersebut dalam batas – batasnya dan tidak dibenarkan melampaui kekuatan jiwa itu sendiri. Selain itu jiwa bersifat spritual,ilahiah, terpisah dan berbeda dengan jisim.
Jasad mempuyai sifat hawa nafsu dan amarah. Al-kindi memperbandingkan tentang keadaan jiwa. Jika kemuliaaan jiwa diingkari dan tertarik dengan kesenangan – kesengan jasmani, al-kindi membandingkan mereka dengan babi, karena kecakapan apetitip menguasi mereka. Jika dorongan nafsu birahi yang sangat dominan dibandingkan al-kindi dengan anjing. Sedangkan bagi mereka yang menjadikan akal sebagai tuannya, dibandingkan al-kindidengan raja. Namun demikian, antara jiwa dan jisim, kendatipun berbeda tetapi saling berhubungan dan saling memberi bimbingan. Ini dalah agar hidup manusia itu serasi dan seimbang. Ketidakseimbangan akan terjadi apabila salah satu dari unsur ini berkuasa untuk mencapai keseimbangan manusia memerlukan tuntunan yaitu iman dan wahyu. Jiwa manusia dapat mengenal hakikat – hakikat dan rahasia – rahasia alam; apabila jiwa itu bersih dari kekuatan – kekuatan jasmaniahnya, disamping selalu dalam keadaan berfikir dan mencari. Setelah jiwa berpisah dengan alam jasmani,maka akan mengetahui segala bentuk hakikat, atau jiwa akn berada di alam al-haq.

Al-kindi berpandapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya, yaitu:

1. kekuatan nafsu
2. kekuatan moral
3. kekuatan akal

kekuatan akal merupakan kemudi dari dua kekuatan yang lain. Kekuatan apetatif atau al-qawiyyul haasah, yaitu kekuatan yang dapat mengenal segala yang dapat dirasakan dan yang nyata. Kekuatan ini tidak dapat membentuk suatu gambaran, kecuali yang diketahuinya. Seperti mata misalnya,tidak akan dapat mempersepsikan orang yang mempunyai tanduk atau sayap.
Kekuatan rasa dimiliki juga oleh hewan, yang fungsinya hanya mengenal bentuk gambar yang parsial. Seperti gambar tentang warna, bentuk – bentuk gambar, rasa makan, suara, bau dan rasa sentuhan.
Kekuatan irascible yaitu kekuatan marah yang dapat menggerakkan urat – urat untuk melakukan perbuatan pelanggaran atau kesalahan, dan termasuk didalam adalah kekuatan syahwat. Dan kekuatan cognitive faculty yaitu kekuatan yang dapat memberikan kepada pengetahuan tentang bentuk (persepsi) sesutu, tanpa wujud materi. Yakni, setelah hilangnya benda yang dipersepsikan dari pancaindra kita. Kekuatan jiwa ini berfungsi, baik pada saat manusia dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak sadar (tidur). Keistimewaan dari kekuatan ini dapat membentuksebuah persebsi, seperti mempersepsikan sebuah gambar manusia dengan kepala singa. Kekuatan ini juga dapat menghapal atau menyimpan segala bentuk persepsi yang telah diterimanya.
Al-kindi meyakini kekalnya jiwa. Menurutnya, tidak smeua jiwa pada saat meninggalnya jasmani menuju ketempatnya. Karena, ada sebagian jiwa manusia tidak berpisah dengan benda – benda (badan), seperti jiwa sesutu yang buruk akan menuju ke alam falaki, seperti ke bulan, dan akan menetap didalamnya dalam masa beberapa lama. Jika buruk itu telah membersihkan dirinya, maka akan meningkat ke alam yang lebih tinggi, seperti naik ke alam bintang yang lebih bersih. Setelah jiwa menghilangkan kotoran perasaan dan khayalan – khayalan buruknya, maka akan naik kealam akal. Dan pada saat itu alam akal sesuai dengan Nur Al-Bari, yaitu cahaya alahi. Kendatipun bagi al-kindi jiwa adalah qadim namun kekekalannya berbeda dengan qadimnya Tuhan. Qadimnya jiwa karena diqadimkan oleh tuhan.

F. PENUTUP

Al-kindi adalah nama yang dinisbatkan dari al-kindah, seorang filsuf muslim pertama. Dan yang pertama kali memperkenalkan buah pikiran filosof – filosof yunani serta memberikan analisa – analisa yang menjelimed. Dan sangat berjasa untuk menjadikan filsafat sebagai salah satu khazanah pengetahuan islam setelah disesuaikan lebih dahulu dengan agama.
Substansi jiwa menurutnya terpisah dari benda, akan tetapi terkait dengan benda dalam hubungannya dengan perbuatan – perbuatannya. Karena, jasmani memang menjadi alat baginya untuk menunaikan suatu perbuatan. Dan jiwa yang suci itulah yang akan kembali ke alam kebenaran.

Sabtu, 10 Desember 2011

Ateis : Siapa Yang Menciptakan Tuhan?

"Kalau seluruh jagat raya ini diciptakan Tuhan, lalu Siapakah Yang Menciptakan Tuhan?" Seorang ateis mengungkapkan pertanyaan ini dengan sangat bangga seolah-olah pertanyaan tersebut orisinil dari hasil kecemerlangan otaknya, sambil sesumbar bahwa pertanyaan tersebut menjadi salah satu bukti kemenangan ateisme atas agama Tuhan. Benarkah demikian? Tentu tidak sama sekali. Kesalahan pertama adalah ketika ateis menyangka bahwa pertanyaan tersebut orisinil dari otak mereka. Padahal pertanyaan tersebut sebenarnya merupakan pertanyaan alamiah yang bisa muncul pada setiap orang. Hanya saja ketika banyak orang beriman telah menemukan jawabannya ternyata ateis baru bertanya tanya. Alih alih mereka bangga memiliki pertanyaan "cerdas", ternyata mereka ketinggalan jauh, karena jawabannya sangat mudah bahkan tanpa harus mengernyitkan dahi, mau tau jawabannya?

Kalau ateis menyangka pertanyaan tersebut tidak ada jawabannya, dia salah besar. Yang terjadi sebenarnya ada dua kemungkinan:

1. Dia tidak mau menerima jawaban tersebut (dikarenakan kesombongannya)
2. Kapasitas otaknya tidak cukup memadai untuk menalar permasalahan yang sepele ini.

Mari kita sejenak pelajari pertanyaan tersebut.

Masalah "Tuhan Pencipta (creator)" dan "Makhluk yang Diciptakan (creature)" sebenarnya bersandar pada sebuah premis umum:

"Pencipta (creator)" bukanlah "yang dicipta (creature)"

premis umum semacam ini bukan sesuatu yang harus dibuktikan karena merupakan alur logika alamiah akal manusia. Sama halnya dengan pernyataan "awal" bukanlah "kemudian" atau peryataan "tinggi" bukanlah "tidak tinggi"




Namun demikian ada saja ateis yang agak lamban berfikir bertanya lagi, "Apa buktinya bahwa creator bukanlah creature?" Tentu tidak ada gunanya meladeni pertanyaan kurang akal semacam ini. karena yang dia butuhkan bukan jawaban melainkan latihan menghafal bahwa kiri bukan kanan, bahwa jauh bukan dekat, dst

Dan bagi ateis yang menerima premis tersebut ternyata semuanya gagal menghubungkannya dengan masalah yang dia tanyakan sendiri. Padahal tinggal mengganti kata creator dengan kata Tuhan, jawaban pertanyaan "cerdas" mereka langsung terjawab tuntas

creator bukanlah creature diganti menjadi : 

Tuhan bukanlah creature atau dengan kata lain "Tuhan pencipta" bukanlah "Makhluk yang diciptakan"
sehingga jawaban yang benar dari pertanyaan "Siapakah Yang Menciptakan Tuhan" adalah

"Tuhan tidak diciptakan" karena jika ada sesuatu yang diciptakan maka dia bukanlah Tuhan

pernyataan terakhir ini sama persis dengan pernyataan berikut

"Awal tidak didahului oleh sesuatu" karena jika ada sesuatu yang didahului oleh yang lain maka dia bukanlah awal atau tidak bisa disebut awal


Kamis, 01 Desember 2011

Dari Shalat Ritual Menuju Shalat Aktual

Untuk pertama kali momentum Isra Mi’raj yang telah menjadi bagian yang mapan dari keagamaan umat islam Indonesia, kita peringati saat bangsa tengah di landa krisis, dari krisis ekonomi-moneter, krisis kepercayaan dan berbagai krisis lainnya.Bukan rahasia umum lagi, bila multidimensi krisis yang sekarang menghimpit bangsa ini bersumber kebobrokan moral (krisis iman, krisis aqidah) para elit (decision maker) kita pada rezim-rezim sejak Orla, ORba, bahkan yang katanya Reformispun penuh dengan hal-hal tersebut. Ini di tandai menjamurnya pennyakit KKN (koncoisme), pelanggaran HAM, dan berbagai tindakan inkonstitusional lainnya. Oleh karena itu reformasi total merupakan pilihan yang tidak bisa di tawar-tawar lagi, terutama di bidang politik, ekonomi, dan hukum.

Shalat, yang menjadi pilar utama rukun Islam dan merupakan ”buah tangan” Nabi Muhammad saw ketika melakukan Mi’raj dan “beraudiensi” langsung dengan Allah SWT, sebenarnya sarat dengan reformasi. Visi reformatif shalat, seara gamblang terutama dalam Al Qur’an: ”Sesungguhnya salat itu mencegah (kamu) dari melakukan perbuatan keji dan mungkar” (QS.29:45). Di samping itu, visi tersebut secara simbolik juga bisa di telusuri melalui syarat-syarat shalat, gerakan-gerakan shalat, dan shalat jamaah. Dari beberapa syarat shalat, paling tidak ada empat syarat yang cukup signifikan dan relefan dengan nuansa reformasi. Pertama, Bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari dimensi waktu, karena dengan waktu itulah roda sejarah hidup manusia bisa berjalan. Agar dapat mengikuti sejarah hidupnya, manusia dituntut untuk memahami waktu (lampu, sekarang, besok). Pengabaian terhadap waktu akan mengakibatkan manusia terisolasi dari sejarahnya, yang pada gilirannya akan melahirkan stagnasi karena tidak mengenal kedinamisan.Inilah makna simbolik dari mengetahui waktu ketika melaksanakan shalat. Sejarah kelam masa lalu harus dibuang jauh-jauh guna menyongsong masa depan yang lebih baik. Kedua, sebelum melaksanakan shalat, seseorang harus menyucikan diri dari segala bentuk najis (kotoran), baik raga, tempat, pakaian, maupun jiwanya. Makna simbul ini adalah, setiap muslim harus senantiasa suci ( bersih) dalam kehidupannya. Dengan demikian, seorang muslim seharusnya dapat terhindar dari segala bentuk kenegatifan, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, manipulasi, prostitusi dan lain-lainnya. Ketiga, menutup aurat, yaitu menutup bagian tubuh yang seharusnya tidak di perkenankan terlihat. Syarat ini merupakan etika dalam hal pakaian saat menghadap Tuhan. Jika setiap hari dilatih untuk menerapkan etika ini, maka seseorang akan terbiasa dengan kehidupan yang indah dan bersih. Keempat, orang yang akan mengerjakan shalat secara formal diwajibkan menghadap ke kiblat di Mekkah. Selain menunjukan gerak orbital, shalat menghadap ke kiblat secara simbolik menunjukan adanya kesatuan dan kekompakan umat islam, yang pada gilirannya akan membentuk satu kesatuan umat manusia ( Wahdah al-ummah, unity of mankind ), Kesatuan ini terwujud karena konsesus dan kebersamaan ummat yang terlihat ketika shalat dengan menyembah Tuhan yang sama, menghadap kiblat yang sama, melakukan gerak yang sama, dan meneladeni nabi yang sama. Dari sini, maka menjamurnya partai politik berbasis islam, harus mengedepankan arti penting kesatuan dan persatuan umat untuk menyongsong Indonesia yang lebih baik.


Simbol Gerakan Shalat

Berikut uraian makna Gerakan Sholat mudah-mudahan menjadikan ibadah Sholat Semakin Mantap :

1. Takbiratul Ihram (Awal dan Akhir) Pengawalan segala sesuatu, sebagaimana hidup dimulai kelahiran, sesuatu yang ada pasti ada awalnya. Dengan keimanan kita yakin bahwa semuanya berawal dari Allah. Maka dengan takbir kita mengembalikan kepada segala aktivitas kita adalah karena Allah, ujung rantai dari awal segala awal, tidak karena guru, orang tua, orang lain (rantai pengetahuan bahwa kita harus Sholat) atau karena rantai rasa takut, rasa terpaksa, tapi karena ujung rantai rasa itu sendiri Allah sang Pencipta Rasa. Takbiratul Ihram sebagai starting point Sholat, simbol starting perjalan hidup. Maknanya penyerahan totalitas pada yang Maha Awal bahwa karenaNya ada dan karenaNYa melakukan perjalanan hidup. 

2. Berdiri (Gerak Perjalanan) Berdiri lambang siap berjalan menjelajahi kehidupan, karena kalo duduk tidak mungkin berjalan, Tegak artinya kehidupan harus ditegakkan (ditumbuhkan) pada ruang waktu, iman harus ditegakkan, akhlak harus ditegakkan, amalan pribadi dan amalan sosial harus ditegakkan. Hadist : Sholat adalah tiang agama (agama didirikan/ditegakkan oleh sholat). Sebagaimana pohon tegak lalu pada titik ketinggian optimum kemudian berbuah. Dalam perjalanan itu kita memakan energi di bumi lalu diproses dengan aturan hukum Allah dan memeliharanya supaya tidak dirusak hama/penyakit untuk menghasilkan buah (hakikat hidup). Buah itu untuk bekal perjalanan kehidupan selanjutnya. Tanpa tegak ruang hidup tidak ada, karena tegak, maka ada titik atas dan bawah dalam satu garis dan bergerak sehingga menciptakan ruang. Sederhananya karena kita berdiri tinggi atap rumah kita tidak kurang dari 1 m, tapi bahkan lebih tinggi dari badan kita. Sehingga ada ruang rumah yang harus diisi. Begitu juga hidup jasmani dan ruhani kita harus ditegakkan dan ruang yang dihasilkannya harus diisi dengan keimanan, amal kebaikan, kesholehan, pengabdian yang iklas kepada Allah, dsb. Dalam tegak berdiri, posisi kepala tunduk, artinya dalam perjalanan hidup akan tunduk dan patuh pada segala Hukum dan Kehendak Allah bebas dari rasa kesombongan diri. Kedua tangan memegang ulu hati, simbol bahwa hati akan selalu dijaga kebersihannya dalam perjalanan hidup. 

3. Rukuk (Penghormatan) Mengenal Allah lewat hasil ciptaanNya . Dalam perjalanan hidup, pada ruang ciptaan Allah kita menemukan, menyaksikan dan merasakan bermacam-macam hal : tanah, air, gunung, laut, hewan, sistem kehidupan, rantai makanan, rasa senang, rasa sedih, rasa marah, kelahiran, kematian, pertengkaran, percintaan, ilmu alam, pikiran, manusia sekitar kita, Nabi Rosul , dsb pokoknya semua yang kita tahu dan kita rasa. Ini bukti bahwa Allah itu Ada sebagai Pencipta dari semua itu. Dan kita tahu apabila tanpa petunjuk para Utusan Allah (Nabi dan Rosul) kita tidak akan tahu jika semua itu ciptaan Allah, dan dengan para UtusanNya kita tahu tujuan arah hidup serta cara mengisi hidup agar selamat. Sebagai contoh : suku primitif tanpa adanya bimbingan Agama, sesuai fitrah manusia tetap mengamati alam dan menyimpulkan bahwa ada yang menciptakan, tapi tidak tahu siapa Sang Pencipta sebenarnya, sehingga diekspresikan pada penyembahan batu, patung yang dianggap memiliki kekuatan pencipataan. Jadilah kita menghormati , Para Utusan Allah (Rosul, Nabi, Malaikat) yang telah mengenalkan Allah pada kita serta menghormati langit bumi berserta isinya, serta termasuk kepada siapa yang mengenalkan Tuhan kepada kita seperti orang tua, guru. Penghormatan sebagai rasa terimakasih kita bahwa kita jadi tahu Tuhan itu seperti apa. Dalam penghormatan juga sebagai dinyatakan keinginan berpartisipasi untuk ambil bagian dalam pemeliharaan Ciptaan Allah ini dan tidak ingin merusaknya. 

4. Itidal (Puja-puji pada Allah) Kemudian kita berdiri lagi untuk mengisi perjalanan hidup dengan penuh puja dan puji pada Allah serta penuh syukur setiap saat sehingga tercipta kepatuhan dan ketaatan. Dengan mengetahui hasil ciptaan Allah maka akan tumbuh kekaguman dan kecintaan pada Allah sehingga tumbuh rasa cinta dan iklas atau dengan senang hati menjalani hidup sesuai Kehendak Allah. 

5. Sujud (penyatuan diri dengan Kehendak Allah) Jika berdiri di analogikan dengan perjalan jasadi maka Sujud dengan kaki dilipat, atau setengah berdiri adalah simbol dari perjalanan hati (rohani). Dangan sujud hati dan fikiran kita direndahkan serendahnya sebagai tanda ketundukan total pada segala kehendak Allah dan mengikuti segala kehendak Allah. Menyatu kan kehendak Allah dengan Kehendak kita. Contohnya : Allah maunya kita Sholat, ya ane juga mau Sholat, kalo kata Allah jangan lakukan ya ane juga tidak akan lakukan, Kalau Allah tidak suka ya ane juga tidak suka, Kalau Allah cinta atau suka ya ane juga cinta dan suka pokoknya akin selalu sama (dan sehati) tidak akan sedikitpun bertentangan. Dengan merekatkan kepala pada bumi dimana bumi adalah asal, tempat hidup dan tempat akhir hidup. Di bumi kita lahir di bumi kita menjalani waktu kehidupan, di bumi kita berladang amal, bumi menjadi saksi seluruh hidup kita, di bumi kita mati, di bumi kita dihukum (alam kubur). Merekatkan diri ke Bumi, bahwa awal dan akhir manusia dari dan ke bumi, berharap pada saat kematian keadaan diri kita sama saat dengan saat dilahirkan, yaitu dalam keadaan suci, sehingga bisa bertemu Allah. Sujud dilakukan 2 kali dimaknai Sujud pertama : penyatuan Kehendak Allah dengan Kehendak ruhani/hati/jiwa. Diselangi permohonan pada duduk antara 2 sujud Sujud kedua : pernyataan Pengagungan Dzat Nya Allah personal antara makhluk dan Sang Pencipta, pernyataan ingin kembali pada Sang Pencipta akhir dari perjalanan. 

6. Duduk antara 2 Sujud (Permohonan) Pengungkapan berbagai permohonan pada Allah untuk memberikan segala kebutuhan yang diperlukan dalam bekal perjalanan menuju pertemuan dengan Allah, butuh sumber dukungan hidup jasmani dan ruhani, serta pemeliharaan dan perlindungan jasmani ruhani agar tetap pada jalan Allah. 

7. Attahiyat : Pernyataan Ikrar Tahap pemantapan, Karena perjalan hidup itu naik turun dan fitrah manusia tidak lepas dari sifat lupa maka perlu pemantapan yang di refresh dan diulang untuk semakin kokoh. Yaitu Ikrar Syahadat, dengan simbol pengokohan ikrar melalui telunjuk kanan. Sebelum Ikrar memberikan penghormatan untuk para Utusan Allah dan Ruh Hamba-hamba Sholeh (Auliya) yang melalui merekalah kita mengenal Allah juga melalui ajaranya kita dibimbing menujuNya dan menjadikan mereka menjadi saksi atas Ikrar kita. Sholawat menjadi pernyataan kebersediaan mengikuti apa yang diajarkan Rosululloh Muhammad SAW, dan menempatkannya sebagai pimpinan dalam perjalanan kita. Salam penghormatan kepada Bapak para Nabi Nabi Ibrohim yang menjadi bapak induk ajaran Tauhid. Kemudian diakhir dengan permohonan doa dan permohonan perlindungan dari kejahatan tipuan Dajal / Iblis untuk menjaga perjalanan tetap pada keselamatan dan berhasil mencapai Allah. 

8. Salam, salam adalah ucapan yang mengakui adanya manusia lain yang sama-sama dalam perjalanan (aspek kemasyarakatan) menunjukkan bahwa hidup ini tidak sendiri, sehingga hendaknya menyebarkan salam dan berkah kepada sesama untuk saling bahu membahu menegakkan kehidupan yang harmonis (selaras) dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan di bumi Allah. Salam adalah penutup sekaligus awal dari mulainya praktek aplikasi Sholat dalam bentuk aktivitas kehidupan di lapangan hingga ke Sholat berikutnya. Nah salam itu simbol dari putaran yang dimulai dari kanan ke kiri dengan poros badan. Jika dihubungkan dengan Hukum Kaidah Tangan Kanan berarti arah energi ke atas, simbolisasi bahwa perjalanan digantungkan pada Allah SWT (di atas) sebagai penjamin keselamatan dalam perjalanan. SHOLAT PENUH 24 JAM SEHARI SEMALAM jika kembali pada pemahaman Takbiratul Ihram di atas takbiratul ihram simbol dari pernyataan awal perjalanan, maka kita akan bertanya kapan akhirnya. Allah itu Maha Awal = Maha Akhir karena Sholat dipersembahkan pada Allah yang Maha Awal = Maha Akhir, maka akhir dari Sholat akan bertermu pada takbiratul ihram Sholat berikutnya. Atau misalnya Takbiratul Ihram Sholat subuh Sholat periode itu (Sholat + praktek aplikasi Sholat (aktivitas hidup) akan berakhir pada takbiratul ihram Sholat dzuhur. Kemudian seterusnya Sholat dzuhur dimulai Takbiratul Ihram Sholat dzuhur hingga takbiratul ihram Sholat Ashar terus berlanjut sehingga menjadi rantai yang tidak terputus dalam 24 jam berupa Sholat.

Jika dihitung secara matematis, maka keseluruhan gerakan shalat menunjukkan angka 360º derajat, angka yang menunjukkan gerakan orbital. Penghitungan 360 derajat di dapat dari akumulasi lima tahap gerak shalat. Tahap pertama adalah sikap berdiri sempurna, sejajar dengan bidang vertikal. Tahap ini menunjukan sudut nol derajat. Tahap kedua adalah sikap ruku sempurna yang akan membentuk proyek sudut siku-siku 90 derajat terhadap bidang vertikal. Tahap ketiga adalah sikap sujud pertama sempurna yang akan membentuk proyeksi sudut tumpul sebesar 135 derajat terhadap bidang vertikal. Gerakan melingkar adalah gerakan alam semesta yang terus menerus, bagaimana telah dijelaskan pada simbol menghadap kiblat.

Gerakan shalat dapat menggambarkan simbol kepemimpian yang idial. Kepala yang di dalamnya terdapat otak menjadi koordinator aktifitas tubuh manusia. Saat shalat, kepala harus bergerak keatas (saat berdiri ), ditengah ( saat ruku’), dan di bawah ( saat sujud ). Hal ini berarti, seorang pemimpin apa pun posisinya harus memperhatikan aspirasi rakyatnya, baik menyangkut kelas bawah, kelas menengah, maupun kelas atas. Dia seharusnya dapat bermusyawarah dengan rekan ( rakyat )-nya di kalangan atas secara demokratis. Dia seharusnya melihat dan mendengar suara rakyat kelas menengah. Dia juga seharusnya “ turun “ untuk memperhatikan keawaman dan kemiskian rakyat bawah, mendengarkan rintihan dan usulan wong cilik dan memikirkan solusi problematika mereka. Selanjutnya, gerakan shalat juga dapat menjadi simbul budi pekerti manusia seperti, ihklas, sabar, rendah hati, tidak arogan dan sebagainya. Ihklas dapat diketahui dengan gerakan tubuh misalnya gerakan kaki yang hanya dapat di lipat ke belakang. Alur kehidupan dan gerakan orbital, seperti yang telah di jelaskan di muka, berlangsung relative pelan, sehingga shalat harus di kerjakan dengan sabar ( tidak tergesa-gesa ). Gerakan kepala yang harus turun sampai ke tanah menunjukan simbuk rendah hati dan arogan.


Simbol Shalat Jama’ah



Shalat jama’ah merupakan simbul atau miniatur masyarakat. Imam shalat di analogikan dengan pemimpin masyarakat, sedangkan ma’mum dianalogikan dengan anggota mansyarakat. Shalat jemaah menggambarkan mekanisme kehidupan masyarakat. Seorang imam shalat mempunyai kriteria tertentu, seperti sanggup menunaikan shalat , mengetahui aturan shalat jemaah, berakal sehat, mampu membaca Al-Qur’an dengan benar , orangnya soleh ( baik terhindar dari maksiat ) dan disetujui oleh ma’mum. Syarat-syarat tersebut mengindikasikan kapabilitas dan akseptibilitas, seorang pemimpin. Artinya , seorang pemimpin seharusnya sanggup melaksanakan tugasnya , berakal sehat , dapat menjadi contoh yang baik dan di sepakati oleh masyarakat bawahnya. Makmum dianalogikan dengan anggota masyarakat atau bawahan. Ma’mum berada di belakang imam, meluruskan dan merapatkan barisan ( shaff ) , mempunya niat ikhlas untuk mengikuti gerak-gerak Imam , makmum pria berada di bagian depan , anak-anak di tengah, dan wanita di bagian belakang. Dari hal-hal tersebut di atas dapat di ketahui, anggota masysarakat atau bawahan menempati posisi lebh bawah daripada pemimpin. Mereka harus melaksanakan pekerjaan dengan lurus (benar) dan bersatu (bergotong royong). Mereka seharusnya bersedia dengan rela mengikuti dengan benar dari pemimpinnya. Anggota masyarakat mempunyai posisi (status) masing-masing. Heteroginitas makmum menggabarkanheteroginitas masyarakat.

Gerakan shalat jamaah merupakan gerakan kolektif, yakni gerakan yang di lakukan bersama-sama setelah imam memberikan contoh. Kebersamaan ini merupakan simbol persatuan dan persatuan yang seharusnya di galang dengan gotong-royong dan saling membantu.

Gerakan tersebut juga mengindikasikan keteladanan para pemimpin, yaitu ketika imam bergerak lebih dahulu daripada makmum. Dengan demikian , Seorang pemimpin harus ing ngarsa sung tuladha , ing madya mangun karsa , tut wuri handayani ( memberi contoh waktu di depan, memberi semangat waktu di tengah , dan memberi doarestu waktu di belakang ).

Jika imam melakukan suatu kesalahan bacaan maupun gerakan, maka makmum harus mengingatkannya. Makmum mengingatkan bacaanyan bila kesalahan pada bacaan, dan jika kesalahan pada gerakan, maka makmum pria mengingatkannya dengan bacaan subhanallah ( Maha Suci Allah ), dan makmum wanita mengingatkannya dengan tepuk tangan sekali. Hal tersebut kontrol sosial atau kritik sosial dari rakyat (wakil rakyat ) terhadap pemimpinnya. Kontrol atau kritik itu di lakukan dengan “suara”atau”gerakan” ( demontrasi ) yang kontruktif dan argumentatif . Dalam hal ini pwmimpin (imam) harus peka dan sadar terhadap kritik sosial.Apabila imam melakukan suatu yang membatalkan shalat ( misalnya kentut ), maka ia harus menyingkir untuk berwudhu, kemudian makmum yang berdiri di belakangnya maju selangkah untuk menggantikan dan melanjutkan kepemimpinannya dalam shalat. Hal ini menjadi suksesi atau regernerasi kepemimpinan. Imam yang batal shalatnya berarti dia tidak mampu ( tidak sah ), dan memang tidak boleh melanjutkan dalam shalatnya. Jika seorang tidak mampu (inkontitusional) atau tidak pantas memimpin, maka seharusnya ia lengser dari jabatan dengan sadar dan ikhlas. Penggantinya adalah orang yang paling dekat dengannya , yaitu dekat tempat, jabatan maupun kemampuannya. Dari uraian tentang makna simbolik dalam shalat di atas, dapat di ambil dua kesimpulan penting.

  • Pertama, sebenarnya shalat sarat dengan muatan visi reformatif, seperti demokratisasi, solidaritas sosial, keadilan, kesederajatan, kedisiplinan, kesabaran, kejujuran, keseriusan, keteledanan, kepemimpinan yang ideal dan sebagainnya.
  • Kedua, sebagai umat islam hendaknya tidak hanya “mengerjakan shalat “, tetapi juga harus meningkat pada level “menegakan shalat “ , yakni mengerjakan shalat dengan benar kemudian menerjemahkan makna simbolik shalat dalam kehidupan kongkrit sehari-hari. Seiring dengan gaung reformasi marilah kita jadikan momentum Irsa Mi’raj tahin ini untuk kembali mengadakan perenungan-perenungan, sudahkah kita “mentegakan shalat”? Kalau belum, saat inilah yang paling tepat untuk mereformasi shalat kita, dari “shalat ritual “menuju “shalat aktual”. Yang di maksud dengan shalat aktual adalah shalat ritual yang telah diterjemahkan dalam realitas empiric. ***


Rabu, 23 November 2011

Mendefinisikan "Keikhlasan"


manusia dengan ketidak tahuannya dengan kelupaannya bisa berburuk sangka kepada maksud dan tujuan dari kehendak Tuhan, yang dapat mempertahankan berpikir positif adalah "iman", suatu keyakinan bahwa Tuhan adalah Pencipta skenario yang harus difahami oleh orang yang beriman, sekalipun baru dalam tataran abstrak yang belum bisa difaktakan dalam ranah materialisme.

manusia yang sudah berimanpun dapat hancur dalam keimanannya dan kecewa terhadap suatu keyakinan yang akhirnya putus asa karena tidak menemukan sesuatu yang diharapkannya, kecuali bila manusia beriman tersebut melakukan "amal sholeh", yaitu melalukan atau berbuat sesuatu yang benar dan baik, bermanfaat bagi dirinya dan terutama bagi orang lain dan alam, dia akan fokus terhadap hal tersebut, selalu mencoba menjadi bermafaat dan dapat membahagiakan orang lain, namun....

orang yang telah berbuat / action benar, baik, berdampak positif bagi alam, memperbaiki, merawat pun akan binasa, bila dalam melakukannya dengan terpaksa karena hanya mengharapkan sesuatu sehingga dia tidak menjadi "ikhlas" dalam melaksanakannya, bagaimana mencapai atau merasakan ikhlas tersebut?

Minggu, 13 November 2011

Permulaan Alam Semesta


Apabila telah terbukti bahwa alam semesta ini tidak menciptakan dirinya sendiri, tetapi membutuhkan Tuhan Pencipta, lalu,-dapatkah bedasarkan prinsip-prinsip ilmiah- awal mula keberadaannya ituditentukan sehingga dapat dipastikan keterciptaanya?


Para filosof muslim telah membuktikan secara rasional bahwa alam raya ini dengan segala isinya adalah sesuatu yang bermula. Setelah ditemukan hukum keduatermo-dinamika, maka semakin mudah bagi mereka untuk memastikan hal itu. Temaini dibahas demi menyangkal pendapat tentang "keazalian dan keabadian alam".Kaum materialis berpandangan bahwa materi pertama dalam alam memiliki energidan gerak secara terus menerus tanpa henti.

Sir Isaac Newton adalah ilmuwan pertama yang menemukan materi dan energi. Ia memastikan bahwa alam bermula menuju fase chaos, dan energi panas alam akan sama. Dari premis ini disimpulkan bahwa alam mesti bermula. Kesimpulannya tersebut ia peroleh setelah meneliti fenomena panas. Ia yakin bahwa perubahan apapun yang membantu menciptakan panas haruslah muncul dari elemen positif menuju elemen negatif, tetapi tidak sebaliknya. Inilah hukum kedua termo-dinamika.

Paul Teizman (pakar matematika) berkeyakinan bahwa hukum kedua termodinamika merupakan suatu kasus khusus yang dikecualikan dari kaidah universal. Ia juga menambahkan bahwa terjadinya pergerakan dan perpindahan itu akan mengakibatkan keruntuhan sebagian sistem. Demikian pula halnya dengan energi panas. Unsur-unsur positif yang berubah menjadi unsur-unsur negatif akan mengakibatkan runtuhnya sistem keteraturan dalam setiap partikel dan sel-sel secara perlahan yang akan berakhir dengan kematian. Hukum kedua termodinamika entropy juga menjelaskan kepada kita bahwa panas akan selalu berpindah dari benda yang bersuhu panas tinggi menuju benda yang bersuhu panas rendah, tetapi tidak sebaliknya. Jika diasumsikan bahwa alam raya ini tidak bermula, maka segala bagian bumi akan memiliki derajat panas yang seimbang danunsur-unsur positif tidaklah tersisa hingga saat ini. Karena proses kimia akan berhenti, dan sebagai akibatnya, kehidupan di muka bumi ini akan berakhir.

Namun kenyataanya, hingga saat ini kehidupan kita masih terus berlanjut sampai batas waktu yang dikehendaki Tuhan. Jika diasumsikan bahwa alam raya ini memilki sifat azali tanpa membutuhkan Sang Pencipta, hal ini memestikan adanya materi pertama yang menciptakan dirinya sendiri dan mengadakannya dari ketiadaan, lalu merancang sistem pengaturan yang cermat dan stabil bagidirinya. Asumsi semacam ini tidak akan bisa diterima oleh setiap orang yang berakal sehat.


Menggapai Kecerdasan Spiritual


 

Kecerdasan emosional memang membuat orang lebih mudah mencapai sukses dalam hidup. Tapi untuk menemukan kebahagiaan dan makna dari kehidupan, diperlukan kecerdasan spiritual. 


Pada beberapa tahun yang lalu, kita dikejutkan oleh peristiwa tragis yang terjadi di Bandung. Seorang wanita yang dikenal sholeh, berpendidikan tinggi, sanggup membunuh 3 anaknya sendiri dalam waktu 24 jam. Bagaimana mungkin seorang wanita yang taat beragama bisa melakukan hal seperti itu? Apalagi kemudian terungkap alasan dari tindakannya itu. Katanya, ia membunuh anak-anaknya justru karena sangat menyayangi anak-anaknya dan takul tidak mampu rnenjadi ibu yang baik.

Menurut DR Jalaluddin Rakhmat MSc, itu bisa terjadi karena dia tidak bahagia. Kalau meminjam istilahnya Tony Buzan, pakar tentang otak manusia dari Amerika, kemampuan seseorang untuk berbahagia dalam segala situasi berhubungan dengan kecerdasan spiritualnya. Seseorang yang dikatakan taat beragama belum tentu cerdas secara spiritual. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual? Dan apa bedanya dengan kecerdasan emosional?

Bedanya Kecerdasan Emosional dan Spiritual

Pada awalnya, orang hanya mengenal kecerdasan iritelektual, kemudian muncul kecerdasan emosional dan kini kecerdasan spiritual. Menurut DR Jalaluddin Rakhmat MSc, seorang psikolog, kecerdasan emosional (emotional intelligent) dipopulerkan Daniel Coleman meskipun dia bukan penemunya. Psikolog Howard Gardner adalah orang yang pertama menemukan sejenis kecerdasan untuk bisa memaharni orang-orang lain, dan disebutnya sebagai kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligent).

Oleh Daniel Coleman, selelah sepakat dengan penelili-peneliti lain, kecerdasan interpersonal itu disebutnya kecerdasan emosional. Pada intinya, kecerdasan emosional adalah kemampuan orang untuk memahami orang-orang di sekitamya, berinteraksi untuk mengembangkan empati, simpati, dan untuk bisa bekerjasama.

Sedangkan Howard Gardner merumuskan delapan kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan musikal, kinestetik (kemampuan menari), visual (kemampuan menggambar, mengekspresikan sesuatu dalam bentuk lukisan), logis matematis, interpersonal (personal), intrapersonal (berpikir refleksi), linguistik (menggunakan bahasa), dan naturalistik. Tapi Gardner tidak memasukkan kecerdasan spiritual karena katanya kecerdasan spiritual itu tidak punya tempat di dalam otak kita seperti kecerdasan yang lain.

Tapi belakangan kecerdasan spiritual itu menurut penelitian-penelitian di bidang neurologi (ilrnu tentang syaraf) justru punya tempat di dalam otak. |adi ada bagian dari otak kita dengan kemampuan untuk mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, untuk melihat Tuhan. Dalam hal ini maksudnya adalah menyadari kehadiran Tuhan di sekitar kita dan untuk memberi makna dalam kehidupan. jadi ciri orang yang cerdas secara spiritual di antaranya adalah bisa memberi makna dalam kehidupannya.

Sedangkan ciri umum orang yang cerdas secara emosional yaitu sukses dalam kehidupan, sukses dalam pekerjaan, mampu bekerjasama dengan orang lain, mampu mengendalikan emosi. Dia juga biasanya pintar menarik hati orang lain, bisa memahami sifat setiap orang dengan tepat, biasanya juga hafal nama-nama orang yang dikenalnya dan mengetahui kesenangan dan ketidaksukaan orang itu. Orang yang cerdas secara emosional itu dalam tingkat yang negatif bisa memanipulasi orang tapi dalam tingkat yang positif bisa menjadi pemimpin yang baik.

Cerdas Spiritual Beda Dengan Sikap Religius

Sayangnya, masih menurut DR jalaluddin Rakhmat, di Indonesia kecerdasan spiritual lebih sering diartikan rajin salat, rajin beribadah, rajin ke masjid, pokoknya yang menyangkut agama. Jadi kecerdasan spiritual dipahami secara keliru. Padahal kecerdasan spiritual itu kemampuan orang untuk memberi makna dalam kehidupan. Ada juga orang yang mengartikan kecerdasan spiritual itu sebagai kemampuan untuk tetap bahagia dalam situasi apapun tanpa tergantung kepada situasinya.

Mengutip Tony Buzan, pakar mengenai otak dari Amerika, DR jalaluddin Rakhmat menyebutkan bahwa ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa rnemikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini, kekuatan alam semesta misalnya), dan punya sense of humor yang baik. Di Amerika, pelatihan-pelatihan kecerdasan spiritual ditujukan untuk itu, yaitu melatih orang memilih kebahagiaan di dalam hidup.

Penelitian itu dilanjutkan sampai muncul aliran di dalam psikologi yang membuat terapi baru. Dulu kalau ada orang depresi diobati dengan obat anti depresi seperti prozak, sekarang cukup disuruh beramal, menolong orang lain, ternyata terjadi perbaikan. Dengan menolong dan beramal, dia menemukan bahwa hidupnya bermakna, dan itu namanya kecerdasan spiritual, jadi orang yang cerdas spiritual itu bukan yang paling rajin salatnya, tapi yang senang membantu orang lain, mempunyai kemampuan empati yang tinggi, juga terhadap penderitaan orang lain, dan bisa memilih kebahagiaan dalam hidupnya.

Di Indonesia buku Kecerdasan Spiritual yang pertama ditulis oleh Danah Zohar. Pada tulisan itu dia dikritik mengenai pandangannya , tapi ada juga yang tidak dikritik yaitu kata-kata Danah Zohar bahwa bisa saja seorang ateis malah memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Banyak orang menjadi ateis itu bukan karena argumentasi rasional tapi karena tingkah laku para pemeluk agama yang mengecewakan mereka misalnya melihat orang-orang beragama yang tidak bisa menghargai perbedaan pendapat, merasa dirinya paling benar, dan suka menghakimi orang lain.

“jadi ada orang yang tidak mempersoalkan Tuhan, yang penting bisa berbuat baik kepada orang banyak. Ini ciri orang yang cerdas spiritual juga. Sekarang baru terbukti secara psikologis bahwa banyak menolong orang itu membuat bahagia. Mengapa? Karena dengan begitu kita jadi menemukan misi hidup.” Demikian penjelasan DR |alaluddin Rakhmat.

Kecerdasan Spiritual Bisa Dilatih

Kini pelatihan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual semakin mudah ditemukan (lihat boks “Cara praktis cerdas spiritual” dan “Cerdas emosi dan spiritual lewat sembilan jalan”). Masih menurut DR Jalaluddin Rakhmat, mengikuti training bisa saja membantu mempengaruhi kecerdasan spiritual selama konsepnya benar. Keberhasilan seseorang belajar lewat training dapat dilihat jika setelah mengikuti training hidupnya berubah menjadi positif yang tadinya depresi atau menderita kecemasan, ketakutan pada masa depan, kebingungan, lalu menjadi bahagia.

Cara Praktis Cerdas Spiritual

Kecerdasan spiritual itu mempunyai banyak konsep, kiat, dan caranya. Orang yang cerdas secara spiritual itu bagaimana sih rasanya? Otak dan tubuhnya beroperasi seperti apa?

"cerdas secara spiritual atau dekat dengan Tuhan itu harus dibuktikan dengan berada di zona ikhlas yang mensyaratkan tiga hal, yaitu gelornbang otaknya harus lebih banyak dalam posisi Alfa dan Tetha, kemudian sistem perkabelan otaknya (neuropeptide) serasi dan memunculkan perasaan tertentu kepada Tuhan, lalu tubuhnya harus cukup mengandung hormon serotonin, endorfin, dan melantonin dalam komposisi yang pas. Dalam kondisi itu, maka dengan sendirinya ciri-ciri kecerdasan spiritual akan muncul."

"Tanpa ketiga syarat itu, agak sulit dipercaya. Misalnya seseorang mengaku dekat dengan Tuhan tapi hormon di tubuhnya dominan kortisol, yaitu hormon yang muncul pada saat orang stres, bagaimana mungkin? Seseorang yang dekat dengan Tuhan mestinya lebih banyak berada dalam kondisi khusyuk, kondisi rileks, dan hormon di tubuhnya pasti hormon yang bagus seperti hormon DHEA, serotonin, endorfin, dan melantonin".

Mempelajari kecerdasan spiritual tidak bisa begitu saja lewat buku, karena hasilnya hanyalah pemahaman kecerdasan spiritual lewat logika, apalagi kalau membacanya sambil stres. Akan lebih efektif jika menggunakar brainwave technology, yaitu dengan mendengarkan CD musik yang berfungsi menarik gelornbang otak ke Alfa-Theta selama 20 menit pada pagi dan petang hari.

Kita juga bisa melatih kecerdasan spiritual lewat puasa dengan syarat puasa tersebut dijalankan dengan benar. Karena puasa bisa menurunkan gelornbang otak dari Beta ke Alfa-Theta sehingga rnembuat orang lebih sabar dan memunculkan keinginan untuk berbuat baik. Kalau itu berlanjut hingga 10 hari maka otaknya akan stabil beroperasi di Alfa-Theta. " "Kalau hal itu bisa berlanjut hingga 20 hari, maka hormon-hormon yang baik dan menenangkan akan diproduksi oleh tubuh. Saat itu dia akan melihat hidup ini dengan cara lain, menjadi mudah bersyukur, mudah rnerasa terharu."

"Memunculkan perasaan mudah bersyukur itu penting sekali karena rasa syukur bisa diartikan sebagai kemampuan menikmati hidup ini apapun kondisinya, sehingga susah atau senang rasanya tetap nikmat. Rasa syukur yang benar, dalam arti betul-betul menghayati nikmatnya hidup, juga sangat membantu memunculkan kecerdasan spiritual.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tanggapan codebreakers