Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Komunikasi. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Desember 2013

Penemuan Software Penterjemah Tangis Bayi

Tangisan adalah bentuk komunikasi yang paling awal dari manusia setelah dilahirkan dimuka bumi. Bayi sebagai komunikator mengirimkan pesan kepada ibu yang memang menjadi komunikan pertama dalam kehidupan sang cabang bayi. Tangisan sepertinya sama saja bila kita dengar dan biasanya orang disekitarnya hanya mencoba untuk menterjemahkan dengan menduga-duga saja. 

Ternyata sekarang ada suatu aplikasi yang dapat menterjemahkan tangis bayi tersebut yang diklaim 94% akurat menggambarkan kondisi atau apa yang dirasakan oleh bayi usia 0-3 bulan dan pesan tersebut adalah merupakan kode atau tanda yang dikirim kepada orang disekitarnya terutama kepada sang ibu. 


Dosen Mata Kuliah Aplikasi Komputer Institut Pertanian Bogor, Medhanita Dewi Renanti M.Kom, menciptakan aplikasi pertama di Indonesia yang mampu menerjemahkan arti tangisan bayi. Salah seorang pewarta warga di Kompasiana, Yundika Alvionita, Kamis (19/12) menulis tentang aplikasi baru yang belum diberi nama itu.

Dalam laporannya, Yundika menulis kemampuan aplikasi tersebut dalam mendeteksi lima jenis tangisan bayi berikut tafsirnya. Masing-masing adalah suara tangisan “neh” yang berarti lapar, “owh” berarti lelah atau mengantuk, “eh” yang bertafsir ingin bersendawa, “eairh” berarti nyeri di perut, dan bunyi “heh” yang artinya bayi merasa tidak nyaman. 

Yundika juga menulis, aplikasi itu merupakan otomatisasi dari Dunstan Baby Language (DBL). Berdasarkan situs DunstanBaby.com, DBL ditemukan oleh Priscilla Dunstan yang berasal dari Australia pada Juni 1998. 



Priscilla yang juga seorang musisi klasik dengan ingatan fotografis pada suara, menemukan pola tangisan bayi dan menerjemahkannya setelah melakukan riset lebih dari delapan tahun. Menurut Yundika, aplikasi temuan Medhanita itu nantinya bakal dibenamkan dalam perangkat dengan sistem operasi Android. 

Adapun Medhanita saat dihubungi Kompas pada hari yang sama mengatakan, aplikasi itu merupakan hasil penelitian studi jenjang S-2 yang dilakukannya. Penelitian itu menghasilkan tesis dengan judul Identifikasi Jenis Tangis Bayi menggunakan Codebook untuk Pengenal Pola dan MFCC (Mel-frequency cepstral coefficients) untuk Ekstraksi Ciri. 

Medhanita mengatakan, perangkat lunak itu berbeda dengan aplikasi sejenis seperti Cry Translator yang pada 2009 telah tersedia untuk perangkat iPhone. “Cry Translator menggunakan basis data hasil penelitian Dr. Antonio Portugal (Ramirez), sedangkan aplikasi saya menggunakan DBL,” katanya. 

Arti setiap jenis tangisan pada aplikasi lain itu juga berbeda dengan temuan Medhanita. Laman TheHindu.com melaporkan, lima tafsir tangisan bayi pada aplikasi lain yang didasarkan pada hasil penelitian Dr. Antonio Portugal itu ialah tentang rasa lapar, terganggu, lelah, tertekan, dan bosan. 

Medhanita menambahkan, harga perangkat yang relatif mahal untuk menjalakan aplikasi sejenis yang telah muncul sebelumnya juga akan membedakan perangkat lunak ciptaannya tersebut. Sistem operasi Android yang kelak akan dipilihnya dan tampilan yang relatif sederhana diharapkan Medhanita bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 

Aplikasi tersebut diklaim mampu mengartikan tangisan bayi usia 0-3 bulan dengan akurasi hingga 94 persen pada sesi percobaan. “Karena mulai usia 4 bulan, arti tangisan bayi akan berbeda-beda, tergantung pada lingkungan kebudayaan masing-masing,” sebut Medhanita. 

Saat ini aplikasi tersebut masih dijalankan pada sistem operasi Microsoft Windows yang terbenam dalam komputer jinjing. “Untuk pengembangan selanjutnya, saya ingin selain bisa dijalankan dalam sistem operasi Android juga dapat berbentuk alat tersendiri,” ujar Medhanita. 

Sumber: kompas.com

Jumat, 15 Maret 2013

Tikus Mengendus untuk Komunikasi dengan Sesamanya

Ohio - Mengendus pada binatang sudah lumrah menjadi perilaku umum. Tetapi, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa cara ini benar-benar menjadi bentuk komunikasi.

Tikus Mengendus untuk Komunikasi dengan Sesamanya  
sxc.hu
Di masa lalu, ritual mengendus berlaku ketika mereka berinteraksi sebagai perilaku mencium satu sama lain. Tetapi, Dr Daniel Wesson dari Case Western Reserve University School of Medicine, Ohio telah menemukan bahwa tikus yang sedang mengendus satu sama lain tak lain sebagai sinyal hierarki sosial dan mencegah perilaku agresif.

Pekerjaan sebelumnya menunjukkan bahwa tikus mirip dengan manusia. Binatang ini secara alami membentuk hierarki sosial yang kompleks. Dr Wesson menggunakan metode nirkabel untuk merekam dan mengamati tikus saat mereka berinteraksi.

Ia menemukan bahwa ketika dua tikus saling mendekati, akan terjadi komunikasi melalui endusan. Jika tikus dominan mengendus lebih sering, tikus bawahan akan mengurangi peran endusannya. Namun, jika tikus bawahan tidak melakukannya, tikus dominan akan lebih mungkin menjadi agresif.

Dr Wesson berteori bahwa tikus dominan akan menampilkan sinyal konflik penghindaran seperti monyet besar yang berjalan ke dalam suatu ruangan dengan memukul-mukul dadanya. Sebagai tanggapan, tikus bawahan hanya akan meringkuk dan berpaling, atau dalam kasus tikus, ia akan menurunkan kuantitas endusannya.

"Temuan baru dan menarik ini menunjukkan bahwa endusan binatang kepada yang lain sangat penting dalam jaringan sosial mereka," kata Dr Wesson, yang juga seorang profesor ilmu saraf. Menurutnya, perilaku mengendus ini mungkin mencerminkan mekanisme umum perilaku komunikasi berbagai jenis hewan dalam konteksi sosial.

Temuan Dr Wesson merupakan bentuk baru perilaku komunikasi pada tikus sejak dikaji pada 1970-an. Telah diketahui sebelumnya bahwa tikus berkomunikasi melalui frekuensi vokal ultrasonik. "Kami tahu bahwa tikus dan binatang yang lainnya dapat berkomunikasi melalui vokalisasi, kontak fisik, bau, dan tampilan sosial," katanya. 

DAILY MAIL |

Minggu, 10 Maret 2013

Ilmuan Buktikan Kebenaran Telepati

image

Kebenaran telepati dibuktikan secara ilmiah. Ilmuwan dari Duke University, North Carolina, Amerika melakukan penelitian dengan menggunakan tikus. Mereka membuat bentuk kasar telapati pada hewan yang memungkinkan sepasang tikus menerima instruksi dengan menggunakan pikiran mereka.

Dengan menggunakan microchip yang ditanam pada otak mereka untuk berkomunikasi satu sama salin, sepasang tikus tersebut mampu berkolaborasi dan menyelesaikan puzzle sederhana, meskipun dalam satu eksperiman mereka terpisah ribuan mil.

Peneliti mengklaim bahwa ini adalah penelitian pertama penghubung dari otak ke otak ( brain-to-brain interface). Keberhasilan ini meningkatkan harapan bahwa suatu hari hewan dan manusia bisa membaca pikiran satu sama lain.

"Sejauh yang dapat kami katakan, temuan ini mendemonstrasikan untuk pertama kalinya bahwa saluran langsung dari perubahan informasi perilaku dapat dibangun antara dua otak hewan tanpa menggunakan bentuk komunikasi yang biasa," kata seorang peneliti sebagaimana dilansir dari Daily Mail.

Kepala penelitian, Miguel Nicolelis, mengatakan penelitian ini adalah langkah maju pertama yang menghubungkan beragam pikiran menjadi 'jejaring otak' yang memungkinkan pembagian informasi diantara kelompok hewan. "Kita bahkan tidak dapat memprediksi sifat macam apa yang muncul ketika hewan mulai berinteraksi sebagai bagian dari jejaring otak," kata Miguel.

"Secara teori, Anda dapat membayangkan bahwa kombinasi dari sejumlah otak akan menyediakan solusi dimana otak individual tidak bisa mencapainya sendiri," ujar dia.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports itu, ilmuwan menanam elektroda mikroskopik pada otak tikus yang memungkinkan satu tikus mengerjakan intsruksi dari tikus lainnya, meskipun kedua tikus itu jauh terpisah.

Tikus pertama yang disebut sebagai 'encoder', berpikir untuk menemukan air di kandangannya dengan merespons cahaya dan menekan tuas tertentu. Otak ini dihubungkan ke tikus kedua, yang disebut sebagai 'decoder', yang tidak diberi sinyal cahaya. Nah, meski tidak diberi sinyal cahaya, tikus kedua ini mengandalkan instruksi otak dan dia menekan tuas yang tepat. Demonstrasi ini menunjukan bahwa tikus kedua ini dipandu oleh pikiran tikus lainnya.

Tes yang kedua melibatkan tikus yang terpisah antara Durham, Amerika, dan Natal, Brazil. Dengan merekam sinyal otak dari tikus pertama dan mentransmisikan sinyal itu melalui internet pada tikus yang lain, ilmuwan mampu mengubah perilaku tikus kedua.

Meski begitu, ilmuwan Inggris, Christopher James dari University of Warwick, yang melakukan penelitian yang mirip mengatakan, "Kami masih jauh pada skenario yang well-networked mempersatukan tikus di seluruh dunia. Rangsangan ini mentah dan spesifik," kata dia.


Sumber: tempo.co

Kamis, 22 November 2012

Tahap- Tahap Hubungan Interpersonal

Tradisi sosiopsikologi : (mencoba mentafsirkan sebuah lagu "Harus Terpisah" Cakra Khan)





Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal

Semua hubungan interpersonal pastilah berakhir, apapun penyebabnya. Betapa pun Anda berusaha mempertahankannya, toh kematian tak mungkin dapat dihindari. Tak ada yang abadi di dunia ini. Demikian pula hubungan interpersonal, ada perjumpaan pastilah ada perpisahan. Namun bila kita telaah lebih jauh masalah ini, ternyata tidak sesederhana hitam dan putih, berjumpa dan berpisah. Hubungan interpersonal mempunyai tahapan-tahapan spesifik dari perkenalan hingga terjadinya perpisahan.



Ketika Anda berjumpa dengan seseorang, sadarkah Anda bahwa Anda telah berubah menjadi bukan diri Anda yang biasanya? Anda berubah karena pertemuan Anda dengan orang itu. Sebaliknya, orang itupun berubah karena kehadiran Anda. Baik Anda maupun orang itu, disadari atau tidak, memainkan peranan tertentu. Selanjutnya perilaku Anda menjadi pengalaman dia, dan perilaku dia menjadi pengalaman Anda, sehingga dapat dikatakan bahwa Anda dan orang itu berbagi pengalaman. 

Bila pengalaman itu menyenangkan, bila permainan peran berlangsung seperti yang diharapkan masing-masing pihak, bila terjadi hubungan komplementer, maka hubungan itu akan dilanjutkan, dipertahankan, dan diperkokoh. Sebaliknya, bila hubungan Anda dan orang itu hanya menimbulkan kepedihan, bila Anda tidak tahu bagaimana Anda harus bertindak di hadapan orang itu, bila hubungan Anda dan orang itu bersilang (misalnya: orang itu berperan sebagai 'orang dewasa', sedang Anda melihatnya sebagai 'orang tua pada anaknya'), Anda akan mengakhiri hubungan interpersonal dengannya.

Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (1996) dalam bukunya 'Human Communication' menuliskan analisis Knapp (1984) mengenai siklus hubungan interpersonal yang terdiri dari 10 tahapan, 5 tahap pertama merupakan tahap menuju kebersamaan (coming together) dan 5 tahap berikutnya menuju perpisahan (coming apart). Knapp menganggap hubungan manusia bersifat sekuensial, suatu tahap mengikuti tahap selanjutnya dengan sedikit kesempatan untuk melompat-lompat. Namun harus diingat bahwa perpindahan tahap itu dapat maju atau mundur. Banyak hubungan berhenti pada suatu tahap tertentu (misalnya tahap penjajagan, penggiatan, atau pengikatan), dan tidak berlangsung lebih jauh lagi.

Secara singkat siklus hubungan menurut Knapp saya coba resume-kan di bawah ini.

Tahap Memulai (Initiating) merupakan usaha-usaha yang sangat awal yang kita lakukan dalam percakapan dengan seseorang yang baru kita kenal. Tujuannya adalah untuk mengadakan kontak dan menyatakan minat. Biasanya komunikasi dilakukan dengan hati-hati dan konvensional. 

Contoh:
"Hai, apa kabar?"
"Baik, bagaimana dengan Anda?"

Tahap Penjajagan (Experimenting) adalah fase di mana kita mencoba topik-topik percakapan untuk mengenal satu sama lain. Biasanya kita banyak mengajukan pertanyaan dan berbasa-basi. Tujuan komunkasi di sini adalah untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan di antara kedua belah pihak dengan cara-cara yang aman. Hubungan akan lebih menyenangkan jika dalam tahap ini berhasil dibangun kepentingan-kepentingan yang sama. Suka atau tidak suka, kebanyakan hubungan kita mungkin tidak berlangsung lebih jauh dari tahap ini. 

Contoh:
"Oh, jadi Anda senang main ski... Saya juga."
"Benarkah? Bagus. Di mana Anda biasanya main ski?"

Penggiatan (Intesifying) menandai awal keintiman, berbagi informasi pribadi, dan awal informalitas yang lebih besar. Perubahan terjadi dalam perilaku komunkasi verbal maupun nonverbal. Secara verbal, derajat keterbukaan dalam membuka diri lebih besar, misalnya: "Kedua orang tuaku bercerai..." atau "Aku jatuh hati padamu...", dsb. Perubahan komunikasi nonverbal menjadi lebih intim terlihat dari kedekatan fisik, tangan yang berpegangan, kontak mata yang lebih sering , dsb. 

Contoh percakapan:
"Aku...aku kira aku jatuh cinta padamu."
"Aku... aku juga."

Pengintegrasian (integrating) terjadi bila dua orang mulai menganggap diri mereka sebagai pasangan. Keduanya secara aktif memupuk semua minat, sikap dan kualitas yang tampaknya membuat mereka unik sebagai pasangan. Mereka mungkin juga melakukan hal itu dengan cara simbolik misal bertukar cincin, menyebut suatu lagu sebagai 'lagu kita', dst. 

Contoh percakapan:
"Aku merasa menjadi bagian dari dirimu..."
"Yah, kita seperti sudah bersatu. Apa yang terjadi padamu terjadi juga padaku."

Pengikatan (Bounding) adalah tahap yang lebih formal atau ritualistik, bisa berbentuk pertunangan atau perkawinan, namun "berhubungan tetap" juga merupakan suatu bentuk pengikatan. Pasangan tsb sepakat menerima seperangkat aturan atau norma yang mengatur hubungan mereka, dan mereka kini lebih sulit untuk berpisah. 

Contoh percakapan:
"Aku ingin selalu bersamamu."
"Mari kita menikah saja."

Hubungan manusia mungkin stabil dalam tahap-tahap perkembangan sebelum pengikatan, namun hubungan yang mencapai fase paling akrab pun bisa juga merosot lagi. Hanya saja pada fase paling akrab, perpisahan tidak terjadi begitu saja, melainkan berproses, yang ditandai dengan semakin berkurangnya kontak dan keintiman. 

Lima tahap berikutnya menggambarkan kemerosotan yang dapat terjadi dalam hubungan yang telah mencapai tahap pengikatan.

Pembedaan (Differentiating) terjadi bila dua orang menetapkan bahwa mungkin hubungan mereka terlalu membatasi. Sekarang mereka mulai memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan daripada kesamaan-kesamaan. Mereka ingin mengerjakan urusan mereka sendiri-sendiri, dan mulai menekankan individualitas. Fase ini ditandai dengan makin seringnya terjadi perselisihan di antara mereka. 

Contoh:
"Aku tidak suka menghadiri keramaian-keramaian besar."
"Kadang-kadang aku tidak memahamimu. Ini satu perbedaan di antara kita."

Pembatasan (Circumscribing) adalah suatu tahap yang menunjukkan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan keintiman komunikasi mereka. Topik-topik tertentu yang cenderung menimbulkan suasana panas berusaha dihindari. Sikap mereka menjadi lebih formal seolah-olah mereka tidak mengenal satu sama lain secara baik. 

Contoh:
"Apakah tidak apa-apa kalau aku berjalan-jalan sekarang?"
"Aku tak peduli. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan."

Stagnasi (Stagnating) menunjukkan kemerosotan hubungan yang semakin jauh sehingga mereka mencoba untuk bertahan dengan alasan-alasan keagamaan atau keuangan, atau demi kebaikan anak-anak, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan daya tarik terhadap pasangannya. Komunikasi verbal dan nonverbal semakin menyerupai komunikasi antara orang-orang asing. Hubungan itu sendiri tak pernah dibicarakan lagi. 

Contoh:
"Apa yang akan kita bicarakan?"
"OK. Aku tahu apa yang akan kau katakan, dan kau tahu apa yang akan kukatakan."

Penghindaran (Avoiding) adalah suatu taktik untuk meminimalkan penderitaan atas pengalaman hubungan yang merosot sama sekali. Perceraian fisik sering terjadi, atau paling tidak walau pun mereka masih tinggal bersama/berdekatan mereka mampu menjaga kontak yang minimum. 

Contoh:
"Aku sangat sibuk, aku tidak tahu kapan aku bisa bertemu denganmu."
"Bila aku tak bisa menerimamu saat kau mencoba menghubungiku, harap maklum."

Pemutusan (Terminating) adalah tahap final dalam suatu hubungan. Menurut Knapp, pemutusan hubungan bisa terjadi setelah suatu percakapan singkat maupun setelah tumbuhnya keintiman sepanjang hidup. Umumnya, semakin lama dan semakin penting hubungan itu, semakin menyakitkan perpisahan yang terjadi. 

Contoh:
"Aku akan pergi...kau tak perlu mencoba menghubungiku lagi."
"Jangan khawatir...tidak akan pernah."


Broken heart

 


Minggu, 21 Oktober 2012

Alasan Perasaan Sedih Bikin Mudah Mengingat Wajah

London – Berada dalam kondisi sedih telah lama dikaitkan dengan kinerja buruk pada tugas harian. Namun ilmuwan menemukan fakta mengejutkan yang menguntungkan ini.



Ilmuwan menemukan, orang yang sedang bersedih memiliki kemampuan lebih baik dalam mengenai wajah. Peneliti Peter Hills dari Anglia Ruskin University mengatakan, temuan ini bisa digunakan untuk perawatan yang lebih baik pada depresi.
“Saya terkejut. Sedih biasanya dikaitkan kinerja buruh dalam tugas kognitif,” ujarnya seperti dikutip DailymailHills dan timnya memainkan tiga jenis musik untuk membuat relawan mengalami perasaan sedih, senang dan netral. Kemudian, relawan diminta memikirkan momen tersedih atau terbahagia dalam hidupnya atau saat di perjalanan pulang pada relawan netral.
Sebanyak 88 relawan ini kemudian diminta melihat 32 wajah netral dan mengisi quesioner sebagai pengalih perhatian. Setelahnya relawan ditunjukkan 64 wajah dan diminta memilih 32 wajah berekspresi asli. Relawan sedih ternyata mampu memberi responnya secara akurat sedangkan relawan senang kurang akurat.
“Orang lebih memilih melihat wajah senang karena lebih menarik dibanding wajah sedih. Sederhananya, orang lebih memerhatikan wajah senang,” ujarnya. Kemungkinan, orang sedih lebih bisa menerima isyarat sosial, lanjutnya.
Namun bukti yang ada masih belum cukup mengamini klaim ini. “Meski mempelajari kesedihan itu sendiri penting, fokus utama terletak pada memahami cara mencegah dan merawat depresi,” katanya.
Hasil riset ini diterbitkan di jurnal Consciousness and Cognition

Rabu, 17 Oktober 2012

Inilah Cara Otak Manusia Membentuk Kalimat

Percobaan menunjukkan, anjing, simpanse dan hewan cerdas lain juga mampu mempelajari makna kata. Perbedaan mendasarnya terletak pada kemampuan manusia merangkai kata itu.


Hal yang membedakan manusia dari hewan-hewan cerdas itu adalah kemampuan manusia merangkai kata dengan satu urutan kata untuk menyampaikan sesuatu yang berbeda dari yang lainnya. Singkatnya, kalimat, bukan kosa kata, merupakan ciri khas sesungguhnya dari bahasa.
Kini, tim peneliti yang mempelajari dasar syaraf bahasa menunjukkan jalur di otak yang membuat manusia mampu menggabungkan kata-kata itu menjadi kalimat. Jalur ini terpisah dari yang digunakan untuk mengingat arti kata-kata individu dengan kemampuan manusia yang juga ada pada hewan.
Kebanyakan riset sebelumnya pada sains syaraf dari bahasa fokus pada bundel neuron di dua wilayah otak yang disebut daerah Broca dan daerah Wernicke, sebagai jalur hubungan utama pengolahan bahasa.
Sudah lama diketahui, daerah itu terhubung satu sama lain oleh jalur ‘materi putih’ atas dan bawah yang merupakan string sel lipid dan membawa sinyal saraf. Bagian ini juga belum dipelajari mengingat luasnya fungsi neuron.
Hasil riset terbaru yang diterbitkan jurnal Neuron mengungkap untuk pertama kalinya peran penting dan berbeda yang dimainkan dua jalur ini. Sementara kosa kata diakses sepanjang jalur yang lebih rendah, arti kombinasi kata diakses sepanjang jalur atas.
Untuk sampai pada kesimpulan itu, para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk memvisualisasiotak pasien penderita neurodegenerative yang disebut ‘aphasias’ yang mempengaruhi kemampuan bahasa mereka. Di saat sama, kemampuan pasien memahami kalimat diuji.
Para peneliti menemukan perbedaan jelas antara pasien yang memiliki kerusakan pada jalur bahasa bagian atas dan jalur bawah. Terungkap, rute terpisah penggunaan otak memanfaatkan informasi yang tersimpan di daerah Broca dan Wernicke. “Jika jalur bawah Anda rusak, kerusakan ada di leksikon dan semantik,” jelas pemimpin peneliti Stephen Wilson dari University of Arizona.
Seringkali orang lupa nama sesuatu, lupa arti kata namun secara mengejutkan, sangat pandai dalam membangun kalimat, lanjutnya. “Kerusakan di jalur atas berakibat sebaliknya, pasien bisa mengetahui nama dengan cukup baik, tahu arti kata dan memahaminya namun ketika diminta mengingat untuk mencari tahu arti kalimat yang kompleks, mereka gagal,” katanya.
Jika sulit memahami ini, contoh sederhananya, para peneliti menanyai pasien. “Seorang pria sedang berjalan di sepanjang rel kereta api. Dia tak mendengar kereta datang. Apa yang terjadi pada orang itu?.”
Kebanyakan orang normal akan menjawab, “Orang itu ditabrak kereta api.” Hasil studi ini menemukan, orang yang jalur bahasa atasnya rusak namun jalur bawah sempurna utuh akan menjawab “kereta api, pria, tertabrak.”
Hal ini mengingatkan pada bahasa primitif yang bisa diperoleh simpanse, seperti Nim Chimpsky, seekor simpanse yang diajarkan bahasa isyarat ilmuwan pada 1970. Nim tak memiliki kapasitas sintaks dan akan menandai rangkaian kata secara acak seperti ‘Beri saya beri jeruk makan jeruk makan jeruk saya memberi saya makan jeruk memberikan Anda’.
Sebaliknya, para peneliti menguji pemahaman kalimat pasien dengan menyajikan kalimat seperti, “Gadis yang mendorong anak itu berwarna hijau,” dan kemudian menanyakan mana dari dua gambar yang menggambarkan skenario akurat itu. Gambar itu sendiri menampilkan, gadis hijau mendorong anak dan gadis mendorong anak hijau.
“Orang yang jalur bawahnya rusak bisa melakukan hal ini dengan sangat baik. Hal ini menunjukkan, kerusakan pada jalur ini tak mengganggu kemampuan manusia menggunakan fungsi kecil kata-kata atau ujung fungsional pada kata-kata untuk mengetahui hubungan antara kata-kata dalam kalimat,” kata Wilson. Namun kelompok pasien dengan yang rusak jalur atasnya tak mengetahui beda gadis hijau dan anak hijau.

Selasa, 12 Juni 2012

Pesan Warna Dari Buah-Buahan (1)

Warna pada buah ternyata bukan hanya membuatnya terlihat cantik. Lebih dari itu, warna buah merupakan informasi kandungan nutrisinya. Tentu saja, setiap warna dalam buah-buahan diperkaya dengan vitamin, mineral, antioksidan dan senyawa penting lainnya yang memberikan efek menguntungkan bagi tubuh. Jadi, dengan memakan buah berwarna-warni ini Anda bisa mendapatkan keuntungan dari berbagai nutrisi. Nah, biar tak salah pilih, Netdoctor (11/6) memberitahu buah apa aja yang wajib Anda santap.
Merah, Tomat

Meskipun sering dianggap sebagai sayuran, tetapi sebenarnya tomat merupakan buah. Tomat merupakan sumber yang baik dari lycopene (zat pigmen pemberi warna merah) yang dapat membantu melindungi tubuh dari bahaya beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru, payudara dan prostat. Lycope sudah terbukti memberikan perlindungan terhadap kanker prostat pada pria. Sejumlah penelitian menemukan bahwa asupan buah tomat dan produk tomat yang tinggi (seperti saus pasta) dikaitkan dengan rendahnya risiko kanker prostat.
Biru, Blueberry

Blueberry kaya akan karotenoid dan anthocyanin, yang bertindak sebagai antioksidan kuat yang melindungi sel dari kerusakan. Antioksidan ini dapat membantu mengurangi risiko kanker, stroke dan penyakit jantung. Anthocyanin dalam bluberi juga berkerja sebagai anti-alergi, anti-inflamsi, anti-mikroba dan anti-kanker. Penelitian telah menunjukkan bahwa mengonsumsi blueberry secara rutin bisa meningkatkan fungsi daya ingat, melindungi infeksi saluran kemih, serta beberapa gangguan mata, seperti degenerasi makula, katarak dan infeksi mata.
Ungu, Anggur

Anggur kaya resveratrol, sebuah antioksidan kuat yang membantu membersihkan pembuluh darah, mengurangi stroke dan risiko penyakit jantung dengan mengubah mekanisme molekuler dalam pembuluh darah. Resveratrol juga berperan memberikan perlindungan terhadap kanker usus besar dan prostat, serta saraf dan penyakit Alzheimer. Uniknya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa resveratrol dapat mengurangi produksi sel lemak dan meningkatkan penyerapan gula dari darah.
Kuning, Lemon

Lemon merupakan sumber yang kaya vitamin C yang merupakan antioksidan yang paling kuat untuk melawan tanda-tanda penuaan dini pada kulit dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, vitamin C juga dianggap memiliki sifat antibakteri, sehingga dapat membantu menghilangkan infeksi tenggorokan. Buah ini juga kaya akan limonoid, yang dapat membantu memerangi jenis kanker tertentu, seperti kanker payudara, paru-paru, kulit, usus dan perut, dengan menghilangkan racun kanker yang memproduksi zat.

Merah, Stroberi






Para ilmuwan melaporkan hasil temuan terbaru mengenai manfaat lain dari buah. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Neurology menunjukkan bahwa semakin sering makan buah maka dapat memperlambat penurunan fungsi otak, seperti daya ingat dan perhatian. Temuan tidak mengkonfirmasikan makan buah-buahan dapat mencegah demensia (kepikunan) yang berkaitan dengan penuaan atau memperlambat timbulnya Alzheimer, tetapi peneliti menyarankan agar Anda sesering mungkin memakan buah-buahan dalam menjaga kesehatan otak. Dalam temuan ini, peneliti menemukan bahwa buah-buahan dari keluarga berri, seperti blueberi dan strawberi dapat menunda penuaaan kognitif, seperti mengingat, berpikir dan kemampuan penalaran sekitar 1,5 hingga 2,5 tahun. 

Peneliti mengukur fungsi kognitif dari 16.010 perempuan dalam wawancara melalui telepon setiap dua tahun selama enam tahun. Perempuan yang makan setengah cangkir blueberi atau dua setengah cangkir strawberi setiap minggu, menunjukkan memiliki kualitas otak yang lebih baik. "Kami memberikan bukti epidemiologi pertama mengenai beri yang dapat memperlambat penurunan kognitif pada wanita lansia," papar penulis studi Dr. Elizabeth Devore dari Brigham and Women's Hospital, dilansir melalui CBC, Jumat (27/4). Devore memusatkan penelitiannya pada senyawa kunci dalam buah beri, yaitu flavonoid anthocyanidin, yang bisa merembes melalui darah dan masuk ke jaringan otak, khususnya di bagian hippocampus, yang bertanggung jawab untuk belajar dan memori. Sebagai antioksidan, flovonoid juga melawan peradangan dan oksidasi, yang keduanya mempengaruhi penuaan sel otak.


Orange, Pepaya




Pepaya sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dagingnya yang lembut dan rasanya yang manis ternyata menyimpan segudang manfaat baik bagi kesehatan dan kecantikan bagi tubuh. Dalam buah pepaya, terkandung berbagai macam enzim, vitamin, maupun mineral. Vitamin yang banyak terdapat dalam buah pepaya adalah vitamin A, B komples, C dan E.  Dilansir melalui timesofindia, Rabu (4/4), berikut ini beberapa manfaat penting bagi tubuh jika Anda mengonsumsi pepaya secara rutin. Pepaya kaya akan nutrisi dan rendah kalori, sehingga menjadi pilihan tepat bagi Anda yang sedang melakukan program diet. Pepaya membantu meyembuhkan luka di kulit dan cidera. Pepaya kaya akan senyawa anti-peradangan dan juga anti-kanker. Orang yang menderita osteoporosis, artritis dan edema disarankan untuk mengonsumsi buah ini secara teratur. Mengonsumsi pepaya juga membantu mencegah kanker. Pepaya juga membantu menyehatkan kulit kepala dan rambut. Asupan pepaya membantu pertumbuhan rambut dan menghambat munculnya ketombe. Pepaya merupakan salah satu solusi detoksifikasi paling ampuh. Makan pepaya segar dalam jumlah cukup, ternyata membantu menyingkirkan racun-racun dari dalam tubuh. Buah ini juga bisa diandalkan bagi Anda yang mengalami sembelit dan gangguan pencernaan.


Kamis, 19 April 2012

Dunia Bersama Bisa Memiliki Dua Makna


Mengingat manusia sebagai mahluk sosial yang dengan sendirinya pasti membutuhkan orang lain dalam hidupnya, membuat manusia akan selalu berhubungan dengan orang lain. Salah satu "jembatan" yang menghubungkan manusia sebagai individu dengan manusia-manusia lain dan dunia luar adalah komunikasi. Melalui komunikasi itulah manusia menyatakan dirinya, menyimak orang lain atau memahami berbagai keadaan lingkungannnya. Oleh karena itu, komunikasi menjadi ciri penting manusia. Kemampuan berkomunikasi itu pulalah yang membedakan manusia dengan mahkluk-makhluk lain yang ada di muka bumi ini.

Dengan komunikasi manusia menyelesaikan berbagai permasalahan, misalnya melalu musyawarah dicarikan solusi untuk satu permasalahan. Namun, komunikasi pun bisa menjadi sumber masalah. Orang tersinggung karena kata-kata seseorang atau orang marah karena pernyataan seseorang. Kembali kita tegaskan di sini, dalam berkomunikasi tersebut bukan hanya menggunakan bahasa verbal, tetapi juga bahasa non verbal. Orang bisa marah karena komunikasi non verbal kita dianggap menghina atau melecehkannya.

Dalam konsep diri sosial kita merumuskan bagaimana kita menampilkan diri kita sendiri pada orang lain. Kita berinteraksi dengan orang lain dengan membawa keseluruhan bagian dari diri kita, baik diri pribadi maupun diri sosial. Interaksi itu membawa kita pada apa yang dinamakan sebagai dunia bersama, yakni dunia yang oleh Huijbers (12986:41) dinyatakan sebagai "situasi bagi kehidupan bersama manusia". Dunia bersama bisa memiliki dua makna :

Pertama, secara objektif, dunia bersama itu adalah dunia yang kita tinggali ini. Kita dan orang-orang Korea, Amerika, Afrika tinggal di dunia yang sama, namun antara kita dan orang-orang Korea, Amerika dan Afrika tidak ada pertemuan yang melahirkan hidup bersama.

Kedua, secara subjektif, dunia bersama itu mengandung makna hidup bersama, misalnya orang-orang bertemu berdiskusi membahas persoalan-persoalan kehidupan di dalam satu kelompok masyarakat yang merupakan dunia bersama.

Dalam dunia bersama secara subjektif itu, kita berinteraksi dan bergabung dalam satu kelompok. Namun, kita tidak kehilangan diri pribadi kita atau individualitas kita. Diri pribadi dan diri sosial ada sekaligus dan saling memperkuat dan menunjang satu sama lain  dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Bayangkan sajalah, ketika kita berdiskusi kelompok . Pengetahuan yang kita miliki dipadukan dan dibagikan kepada orang lain, namun pengetahuan kita tidak lenyap melainkan malah bertambah dalam kelompok tersebut.

Hidup bersama tentunya akan membutuhkan etika. Secara sederhana, etika berkaitan dengan apa yang baik dan apa yang buruk atau apa yang patut dan apa yang tidak patut. Membantu orang lain merupakan pekerjaan yang baik. Mencelakakan orang lain merupakan pekerjaan yag buruk. Hidup bersama atau pergaulan hidup manusia tentunya mesti didasari kebaikan dan kepatutan. Perilaku yang tidak baik atau tidak patut akan membuat orang lain merasa marah, terhinakan atau tersinggung.

Permasalahan etika terjadi manakala kita dihadapkan pada pilihan baik dan baik atau buruk dan buruk. Mudah saja bagi kita untuk menentukan pilihan bila dihadapkan pada pilihan baik dan buruk. Kita memiliki kewajiban moral untuk memilih yang baik. Apabila dihadapkan pada pilihan bekerja atau mencuri makak kita memiliki keharusan moral memilih bekerja. Namun, situasi hidup bersama manusia sering menghadapkan kita pada pilihan baik dan baik atau buruk dan buruk.

Dalam hidup keseharian kita kerap dihadapkan pada permasalahan etis itu, misalnya saat kita hendak memberitahukan kesalahan yang dilakukan orang tua kita. Bila tidak diberitahu, berarti salah. Namun, apabila diberitahukan, orang tua kita kemungkinan besar tersinggung atau bahkan marah. Atau contoh lain, kita dihadapkan pada pilihan etis saat kita hendak pergi belajar ada tetangga kita yang sakit. Belajar merupakan tindakan yang baik dan menolong tetangga yang sakit juga merupakan tindakan baik. Di situ kita dihadapkan pada pilihan etis.

Peristiwa seperti itu tentu saja sering kita alami dalam pergaulan hidup sehari-hari. Kita dihadapkan pada keharusan untuk memilih di antara pilihan baik dan baik atau buruk dan buruk. Pertimbangan dalam melakukan pilihan ini biasanya didasarkan pada konsepsi pribadi kita mengenai apa hidup yang baik itu. Konsepsi pribadi kita mengenai apa hidup yang baik itu akan terkait dengan apa yang seharusnya atau hendaknya kita lakukan untuk mencapai kebahagiaan hidup.

Jadi, manakala kita dihadapkan pada permasalahan etis seperti di atas maka kita akan menelaahnya melalui konsepsi kita mengenai hidup yang baik. Apabila kita merumuskan hidup yang baik itu, artinya apabila kita selalu terlibat dalam mencegah orang lain berbuat kesalahan maka kita akan memberi tahu kesalahan yang dilakukan orang tua kita, apa pun resikonya. Apabila kita memandang kerukunan hidup merupakan hidup yang baik maka kita akan memilih untuk tidak membuat orang tua kita tersinggung. Nah, maka cara menyampaikan pesan terkait dengan soal kesantunan atau bagaimana sebaiknya relasi komunikasi antara anak dan orang tuanya agar tidak terjadi ketersinggungan atau amarah dari orang tuanya. Belum lagi kita pun mesti mempertanyakan pada diri kita apa sebenarnya maksud kita. Apakah maksud kita itu hanya untuk membuat kita merasa nyaman atau tenang ataukah maksud kita demi kebaikan atau kemashlahatan bersama.

Dalam pergaulan hidup manusia mana pun pastilah ada norma-norma yang mesti ditaati. Norma itulah yang mengajar apa yang baik dan apa yang buruk atau apa yang patut dan tidak patut dilakukan oleh manusia. Sedangkan etika lebih banyak berkaitan dengan "teori nilai", yakni menjelaskan mengapa sesuatu itu baik atau buruk. Meski ada juga yang menyamakan antara norma dan etika. Namun, untuk kepentingan kita disini penekannya adalah adanya aturan main yang mesti dihormati dalam pergaulan hidup manusia, termasuk dalam berkomunikasi, yaitu norma-norma.


Senin, 09 April 2012

MEDIUM / BAHASA


"Kesempurnaan hanya bisa dipahami melalui evolusi"

Komunikasi antara manusia tidak/bukan diawali dalam bentuk (bahasa) verbal maupun tulisan. Bentuk pemahaman manusia yang pertama kali adalah bentuk pengamatan-penerjemahan obyek-obyek, fenomena-fenomena visual sebagaimana tampak gambar-gambar, pahatan-pahatan, atau bentuk-bentuk lain yang dibuat oleh manusia purba.

Fase penciptaan/pembentukan logos, yang selanjutnya digunakan sebagai medium komunikasi (bahasa-bahasa) isyarat, sebelum kemudian ditransformasikan kedalam bentuk verbal dan/atau tulisan. Proyeksi (logos) ego untuk membentuk sublimasi esensi ego, siklus subyek yang sekaligus menjadi obyek, awal yang sekaligus/adalah akhir – Yang Satu.

Keberadaan evolusi medium (komunikasi) manusia tersebut (sesungguhnya) secara eksplisit menegaskan; bahwa argumentasi hakekat `kesempurnaan' (Kausa Prima), selamanya adalah tidak akan pernah bisa terbantahkan:
"Kapan pertama kali kisah Adam dan Hawa (penjelaskan hubungan diantara Sang Pencipta dan ciptaannya) dijelaskan kepada umat manusia?"

Jika diasumsikan, kisah Adam dan Hawa sebagai penjelasan paling awal/pertama tentang penciptaan manusia, maka satu-satunya argumentasi yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan diatas adalah isi kisah itu sendiri:

jika hakekat manusia adalah berawal/berasal dari Tuhan, maka sepatutnya pulalah esensi-NYA telah dikenal/dijelaskan kepada manusia sejak awal kehidupan mereka didunia.

Pertanyaan krusial atas klausul tersebut adalah:

"Bagaimana Kausa Prima (harus) berkomunikasi atau menjelaskan esensi kesempurnaan kepada umat manusia sejak awal keberadaan mereka di dunia?"

Kembali pada uraian diatas, bahwa bentuk pemahaman dan medium komunikasi awal manusia adalah logos-logos (visual), dan bukan/tidak dalam bentuk bentuk verbal maupun tulisan. Hal tersebut dapat mengargumentasikan bahwa kisah "Adam dan Hawa" pun, sesungguhnya telah dijelaskan/dikenal sejak awal kehadiran manusia didunia, dalam bentuk "lain" (visual) sebelum bahasa verbal maupun tertulis/text dipahami oleh umat manusia. Bukankah bentuk-bentuk (pemujaan) animisme-dinamisme bisa dikatakan sebagai versi "perdana" kisah "Adam dan Hawa"? Kriteria apa yang dimiliki sebagian manusia untuk meng"kafir"kan mereka kecuali "atas nama ego"?

Pendekatan lain untuk menegaskan argumentasi diatas adalah sebagai berikut:

Jika diumpamakan, anda adalah Tuhan - yang sudah sempurna sejak awalnya, dan (hendak) mengungkapkan/menjelaskan esensi/eksistensi/manifestasi kesempurnaan tersebut kepada obyek/manusia yang tidak/belum memiliki/mengenal medium/bahasa apapun, kecuali obyek-obyek visual yang ditangkap oleh mata (manusia purba), sehingga sukar untuk dipahami/atau menimbulkan bias pemahaman. Apakah hal tersebut menjadikan anda menjadi tidak/kurang sempurna? Atau justru medium dan/atau obyek/manusia tersebut yang (sesungguhnya) terbatas/tidak sempurna untuk bisa memahami/menerjemahkan esensi/manifestasi kesempurnaan anda?

Bukankah (evolusi) medium-pemahaman manusia merupakan realitas ketidaksempurnaan yang sesungguhnya? Bahwa subyek `kesempurnaan' (yang paling/sudah sempurna) sekalipun akan membutuhkan waktu sebelum bisa dipahami secara "sempurna" atas hakekat keterbatasan medium yang dimiliki oleh si obyek? Bukankah sesungguhnya/selamanya adalah absurd untuk bisa mengingkari dan/atau meniadakan esensi kesempurnaan-NYA melalui medium-esensi kurang/tidak sempurna?

Uraian diatas sekaligus memunculkan pertanyaan-pertanyaan atas manifestasi kesempurnaan yang dijelaskan secara sederhana melalui bentuk verbal/tulisan "kisah Adam dan Hawa":

Apakah esensi/manifestasi Tuhan dalam kisah tersebut yang tidak/atau kurang sempurna, ataukah justru medium (lisan-tulisan) manusia (pada masanya) yang tidak/atau kurang sempurna untuk bisa mengungkapkan esensi kesempurnaan-NYA? Jika medium/bahasa (lisan-tulisan) manusia terbukti senantiasa mengalami perkembangan/kemajuan seiring perkembangan jaman, bukankah hal tersebut mengisyaratkan bahwa justru manifestasi "Tuhan" lah yang tampaknya harus menyesuaikan dengan bentuk ketidak/kekurangsempurnaan medium umat manusia (pada sebuah era) dan bukan berlaku sebaliknya? Bagaimana mungkin manusia bisa mengatakan bahwa esensi Tuhan (dalam kisah Adam dan Hawa) adalah tidak sempurna, ketika medium yang digunakan terbukti/disadari tidak/belum pernah sempurna (terus berevolusi/berkembang seiring evolusi pemahaman umat manusia)?

Bukankah hanya esensi Kausa Prima lah yang (sesungguhnya) merupakan kausa/aksioma bagi premis "sempurna" yang dipahami umat manusia hingga hari ini? Sebagaimana senantiasa dijelaskan telah sempurna sejak awalnya (entah darimana, mengapa, siapa dan/atau bagaimana) dan tidak pernah berlaku sebaliknya?

Medium (pemahaman ego) yang tidak/belum sempurna, atau esensi Sang Sempurna yang tidak/kurang sempurna? Bukankah penjelasan diatas menjelaskan bahwa selamanya (ego) manusia tidak akan pernah bisa membantah premis `kesempurnaan' Kausa Prima? Bukankah argumentasi esensi (Ego) Tuhan adalah sempurna sejak awal merupakan hal absolut yang selamanya tidak akan bisa terbantahkan?

Bukankah pemahaman-jawaban bagi bentuk-bentuk pernyataan-pertanyaan diatas merupakan "wajah" ego yang sesungguhnya? Bukankah evolusi ego merupakan realitas manifestasi "kesempurnaan" yang sesungguhnya? Bukankah ego merupakan esensi kesempurnaan manusia (dalam memahami esensi kesempurnaan-NYA)? Bukankah memahami esensi kesempurnaan ego adalah realitas/tujuan umat manusia yang sesungguhnya?

DUNIA

"Faktor diluar/selain ego"

Jika benar bahwa kebaikan-kejahatan bukan merupakan bentuk `ilusi' dualitas pemahaman ego manusia, (Malaikat adalah kebaikan dan Iblis adalah kejahatan), mengapa harus seekor ular dan bukan Iblis (sebagai Iblis) yang secara langsung merayu Hawa? Jika dualitas kebaikan-kejahatan bukan merupakan bentuk `ilusi' (keberadaan malaikat adalah membela manusia sementara Iblis menjatuhkan/menghianati manusia), lalu dimana peran Malaikat jika benar Iblis berperan sebagai seekor ular yang merayu Hawa?

Malaikat dan Iblis, merupakan proyeksi/sublimasi/manifestasi kesempurnaan Sang Sempurna, sedangkan Adam adalah ciptaan-NYA paling sempurna:

Bagaimana mungkin Iblis yang merupakan bagian proyeksi kesempurnaan Sang Sempurna mengkhianati/melakukan penipuan terhadap/kepada ciptaan-NYA paling sempurna? Bukankah hal tersebut sekaligus berarti mengingkari esensi kesempurnaan-NYA?

Apakah hal tersebut menjelaskan mengapa seekor ular, dan bukan Iblis yang secara langsung merayu Hawa? Apakah sublimasi seekor ular sebagai Iblis dan/atau sebaliknya merupakan bentuk `ilusi' dualitas pemahaman manusia?"

Dalam keseluruhan kisah, baik elemen/logos Malaikat maupun Iblis (sesungguhnya) tidak pernah berhubungan langsung dengan elemen Adam (kecuali `uneg-uneg/keluh-kesah' tanpa arti yang ditulis dalam kitab suci agama). Ular dan pohon menyimbolkan aspek kehidupan diluar/selain manusia: binatang dan tumbuhan. Analogi binatang dilogoskan oleh seekor ular, makhluk berbentuk `ganjil', tersembunyi, berbahaya/berbisa (dipandang sebagai "jahat" /sukar ditundukan oleh ego pada masanya), sedangkan tumbuhan, dilogoskan oleh (sebuah) pohon. Keduanya merupakan logos-logos universal yang dikenal oleh (hampir) seluruh umat manusia oleh karena tersebar/terdapat pada seluruh permukaan bumi (pada masa/awal/diverbal-tuliskannya kisah Adam dan Hawa).

Begitu pula ilustrasi surga/Taman eden - Analogi bagi/atas ekosistem/alam tempat tinggal manusia, yang secara garis besar diilustrasikan oleh keberadaan pohon-pohon yang berbuah, sungai-sungai yang mengalir, sebagaimana seluruh umat manusia membutuhkan air (minum) (yang sekaligus berarti mengenal premis `sungai'/sumber mata air), dan mengenal segala `kebaikan/manfaat' untuk bertempat tinggal didekat/sekitarnya (menghasilkan sumber makanan yang berlimpah)

EVOLUSI MANUSIA

"Dari kera, ke manusia" dan dari "Manusia", ke "Kera"

Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: "Jadilah kamu kera yang hina (Qs, Al-A'raaf, 7/166)

"Konon Tuhan menciptakan Malaikat dari cahaya dan Iblis dari api, kemudian Tuhan mengambil segumpal tanah/air dan meniupnya sehingga terciptalah Adam. Tuhan memerintahkan Iblis dan Malaikat untuk bersujud kepada Adam (Manusia)– ciptaannya paling sempurna. Para malaikat tunduk pada perintah Sang Sempurna sementara Iblis menolak untuk merendahkan dirinya. Tuhan menjadikan Iblis penghuni neraka.

Kisah diatas diawali oleh bentuk analog, yaitu proyeksi logos Tuhan kedalam bentuk logos-logos/elemen-elemen Malaikat dan Iblis, yang diikuti oleh bentuk monolog Tuhan atas/kepada Malaikat dan Iblis terhadap keberadaan Adam. Tuhan tidak berkomunikasi langsung dengan Adam dimana Adam memahami/menerjemahkan esensi kesempurnaan-NYA, melalui medium analog berikut monolog yang berlangsung diantara (logos) Tuhan dengan (logos-logos) Malaikat dan Iblis. Fase (analog-monolog Tuhan) tersebut bahkan masih berlangsung setelah terciptanya elemen Hawa. Kecuali Tuhan, tidak satupun elemen dalam kisah yang pernah melakukan komunikasi/berhubungan langsung satu sama lain, tanpa terkecuali Adam dengan Hawa.

Kejadian pertama komunikasi/hubungan langsung kepada/terhadap Adam dan Hawa baru terjadi ketika Tuhan memberi perintah/larangan bagi mereka untuk tidak memetik/memakan buah terlarang. Mengacu pada uraian sebelumnya, bentuk simbolis "perintah" Tuhan senantiasa berlaku sebagai kausa sinergi, sebagaimana perintah bersujud kepada Malaikat dan Iblis (terhadap Adam) berkonsekwensi pada/menciptakan `ilusi' pemahaman dualitas (sinergi kebaikan-kejahatan), demikian pula perintah/larangan Tuhan kepada Adam dan Hawa yang berkonsekwensi pada/menciptakan kehidupan (sinergi (individual) ego-ego).

"Untuk melengkapi kesempurnaannya diciptakanlah Hawa dari (tulang rusuk) Adam. Oleh bujukan seekor ular pada sebuah pohon, Hawa meminta/membujuk Adam untuk memetik dan bersama-sama memakan buah terlarang/melanggar perintah Tuhan. Seketika itu juga mereka malu atas tubuh (telanjang) mereka dan (berusaha) menutupinya dengan dedaunan. Adam dan hawa diturunkan kedunia…"

Fenomena menarik yang yang patut dicermati dari penggalan kisah diatas ialah; adalah seekor ular pada sebuah pohon dan bukan Iblis (sebagaimana `Iblis' yang dipahami melalui `ilusi' dualitas kebaikan-kejahatan) yang pertama kali `berdialog' (berbicara/berkomunikasi) secara langsung dengan Hawa melalui bentuk rayuan/bujukan/permintaan (bukan bentuk `perintah' (sebagaimana dilakukan oleh Tuhan) yang membuat Hawa untuk pertama kali `berdialog' (berbicara/berkomunikasi) dengan Adam dalam bentuk yang sama (rayuan/bujukan/permintaan).

Kronologi kisah diatas menjelaskan evolusi (pemahaman) manusia:

"Konon Tuhan menciptakan Malaikat dari cahaya dan Iblis dari api,…"

1. Fase analog Tuhan, secara implisit mengilustrasikan fase awal dimana ego hanya mengenal dirinya, dan/atau berusaha memproyeksikan esensinya melalui `visualisasi' logos-logos dunia. Secara garis besar, interaksi ego lainnya hanya digerakkan oleh faktor insting (manusia kera).

"Tuhan memerintahkan Iblis dan Malaikat untuk bersujud kepada Adam (Manusia)– ciptaannya paling sempurna."

2. Fase monolog Tuhan, secara implisit mengilustrasikan fase dimana ego berusaha untuk menyublimasikan logos-logos (visual) tersebut untuk membentuk/menjelaskan/menciptakan esensi dirinya kedalam bentuk/logos "manusia", sebagaimana Tuhan melalui proyeksi logos-logos-NYA menciptakan, membentuk, dan/atau menjelaskan esensinya kepada "Adam" – Dualitas sempurna (Manusia Purba).

"Untuk melengkapi kesempurnaannya diciptakanlah Hawa dari (tulang rusuk) Adam. Oleh bujukan seekor ular pada sebuah pohon, Hawa meminta/membujuk Adam untuk memetik dan bersama-sama memakan buah terlarang/melanggar perintah Tuhan."

3. Fase dialog Hawa dengan seekor ular, yang diikuti dengan dialog kepada Adam, secara implisit mengilustrasikan fase awal pemahaman ego atas keberadaan "manusia" lain (Hawa) pada alam/dunia (seekor ular, pada sebuah pohon, di Taman Eden/Surga), yang sekaligus menjadi kausa bagi medium komunikasi "manusia" dengan "manusia(-manusia)" lain (Adam dan Hawa / Manusia Modern).

EVOLUSI MEDIUM/BAHASA
"Alam/dunia adalah (kausa) bahasa"

Fase analog Tuhan (bentuk `logos'), secara implisit mengilustrasikan fase awal komunikasi umat manusia yang juga berbentuk analog seperti yang tampak pada penciptaan logos-logos (visual), peninggalan-peninggalan gambar-gambar/pahatan-pahatan pada gua-gua prasejarah manusia purba.

Fase monolog (bentuk `perintah') Tuhan, secara implisit mengilustrasikan fase kedua komunikasi umat manusia yang berbentuk monolog, dimana ego berusaha menjelaskan esensinya melalui logos-logos visual dalam bentuk (bahasa/medium) isyarat-isyarat kepada elemen-elemen alam/dunia/manusia yang lain.

Fase dialog (bentuk `bujukan') seekor ular kepada Hawa, yang diikuti dengan dialog kepada Adam, secara implisit mengilustrasikan fase lanjut komunikasi manusia dalam bentuk verbal antara ego dengan dunia/manusia lain, yang diilhami/diawali oleh keberadaan elemen-elemen (makluk hidup lain) pada alam/dunia (manusia dalam kronologi cerita hanya terdiri atas 2 elemen Adam dan Hawa, sehingga awal komunikasi (`verbal') mereka sekaligus adalah simbol bagi komunikasi awal antara manusia secara keseluruhan/universal). Alam/dunia merupakan realitas/kausa medium komunikasi manusia yang sesungguhnya.

ESENSI BAHASA

"Medium adalah realitas ketidak sempurnaan yang sesungguhnya"


 

Bentuk simbolis "rayuan/bujukan/permintaan" seekor ular (pada sebuah pohon di Taman Eden/Surga) kembali menegaskan hakekat dasar Adam maupun Hawa/individu-individu manusia yang memiliki kebebasan untuk memilih - dalam pengimplementasian tindakan atas/terhadap medium/bahasa (sebagai faktor ketidak-sempurnaan) yang diilhami/diawali oleh logos-logos/faktor-faktor/fenomena-fenomena yang terdapat pada alam/dunia (seekor ular, pada sebuah pohon, diTaman Eden/Surga).

Klik!

Sabtu, 24 Maret 2012

Cinta Buta

Hampir semua wanita mungkin menjawab pria baik-baik saat disodori pertanyaan tentang pria pendamping hidup yang ideal. Tapi, kenapa banyak yang justru terjebak mengejar cinta seorang pria yang jelas-jelas tidak setia? 

Ada banyak alasan yang terucap dari bibir. Mulai dari kadung sayang, tak bisa berpaling ke lain hati, hanya dia yang paling memikat, sudah terlalu banyak pengorbanan, hingga alasan-asalan klise yang mengarah pada pesan "pokoknya dia".
Jika Anda pernah mengalaminya, berarti Anda sudah merasakan apa yang dinamakan dengan cinta buta. Anda tanpa sadar memperjuangan cinta hanya dengan ego, bukan logika. Cinta yang sangat berpotensi menghancurkan kehidupan jangka panjang. 

Ingat, hubungan yang sehat adalah ketika masing-masing memiliki porsi cinta dan komitmen yang sama. Ketika salah satu pasangan tak menghendaki melanjutkan hubungan itu, komunikasikan baik-baik. Jangan pernah memaksa jika memang sudah berpaling. 
Dan, sebaiknya jangan berlaku agresif mengejar seorang pria. Ini terkait dengan karakter pria yang lebih suka mengejar. Ketertarikan pria terhadap seorang wanita cenderung melambung jika si wanita sedikit jual mahal. Artinya, pria akan semakin hilang selera melihat agresivitas seorang wanita.
Jangan memaksa, jika cinta bertepuk sebelah tangan! 

Senin, 19 Maret 2012

Bagi Ilmuwan Tertawa Bukan Lelucon


Tertawa adalah hal dasar dalam berkomunikasi. Manusia tertawa, begitu juga anjing dan tikus. Lalu tertawa itu untuk apa?. Bagi ilmuwan tertawa bukan lelucon dan subyek ilmiah serius, serta salah satu subyek penelitian yang masih coba untuk dipecahkan.

 Bayi tertawa jauh lebih dahulu dibandingkan berbicara. Tidak ada seorang pun yang mengajarkan tertawa. Manusia hanya melakukan saja dan sering tertawa tanpa sengaja, dalam ritme spesifik di saat tertentu ketika melakukan percakapan. Anda mungkin tertawa saat lelucon di hari April Mop. Namun yang mengejutkan, hanya 10% hingga 15% tertawa adalah hasil dari seseorang yang membuat lelucon, kata neuroscientist Baltimore, Robert Provine, yang mempelajari tawa selama beberapa dekade.

Tertawa lebih cenderung sebagai respon sosial dibandingkan reaksi dari lelucon. Tertawa adalah mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkup sosial, kata Provine. Persyaratan untuk tertawa adalah kehadiran orang lain. Selama setahun, Provine profesor dari University of Maryland Baltimore mempelajari tertawa dari hal dasar. Ketawa semua grup bahasa pada dasarnya sama meskipun Anda berbicara Mandarin, Prancis atau Inggris. Semua akan mengerti arti tertawa, ada pembentuk pola di otak kita yang memproduksi suara itu.

Setiap membutuhkan 1 hingga 15 detik, berulang setiap lima detik. Tertawa dengan cepat atau lambat dari pada itu akan terengah-engah. Orang tuli dan orang yang menggunakan ponsel bisa tertawa tanpa melihat menggambarkan bahwa tertawa tidak tergantung pada rasa tunggal tetapi pada interaksi sosial, kata Provine, penulis buku "Laughter: A Scientific Investigation."
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tanggapan codebreakers