Selasa, 06 Agustus 2013

Telisik Rahasia Kematian Manusia


Para peneliti kini terus mempelajari proses yang memengaruhi kematian sehingga bila mungkin dapat menginterupsi proses tersebut.


sciencedaily.com
Kematian dipercaya sebagai rahasia Tuhan yang tidak pernah diketahui oleh makhluk manapun. Namun, para peneliti kini terus mempelajari proses yang memengaruhi kematian sehingga bila mungkin dapat menginterupsi proses tersebut.

Sebuah studi terbaru yang telah dipublikasikan dalam PLoS Biology mengungkap bahwa kematian pada organisme, termasuk manusia, menyebar seperti gelombang dari satu sel ke sel lain sampai organisme itu mati dan terjadi lebih lambat dari yang diduga.

Diberitakan ABC, Kamis (25/7/2013), peneliti menggunakan cacing sebagai obyek penelitian. Hewan ini memiliki mekanisme yang mirip dengan yang ada pada mamalia. 

Meski demikian, cacing memiliki kelebihan karena tanda-tanda kematiannya bisa dilihat. Tanda itu adalah pancaran sinar berwarna biru yang disebabkan oleh proses kematian sel atau nekrosis. Warna biru dihasilkan dari sebuah molekul bernama asam antranilat. Pancaran warna biru tergantung daru sinyal biokimia kalsium.

"Kami telah mengidentifikasi adanya jalur kimia yng menggambarkan terjadinya penghancuran diri sehingga menyebabkan kematian sel cacing. Jalur ini kami lihat sebagai pancaran sinar biru yang berkelana di sekujur tubuh," ujar David Gems dari Institute of Health Aging di University College London yang sekaligus memimpin studi ini.

"Pancaran ini seperti pencabut nyawa berwarna biru yang merunut kematian sel seiring kematian itu menyebar ke seluruh tubuh hingga organisme benar-benar mati," tambahnya.

Seluruh makhluk hidup tidak mati secara langsung. Kematian salah satu sel pada tubuh organisme akan menimbulkan suatu reaksi kimia yang menuntun terjadinya penghancuran komponen sel dan pembentukan debris molekuler.

Ilmuwan tidak mampu menghidupkan kembali sel-sel yang mati jika sel tersebut telah berusia tua atau sudah saatnya mengalami kematian. 

Namun, dalam studi yang dilakukan terhadap cacing, para peneliti mungkin saja mampu menghentikan jalur penyebaran sinyal biokimia kalsium maupun hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan penuaan. Ini menjadi kunci menunda kematian.

"Kami menemukan bahwa ketika menghalangi jalur ini, kami dapat menunda kematian yang disebabkan karena tekanan seperti infeksi. Namun kami tidak mampu menunda kematian yang disebabkan karena penuaan. Hal itu terjadi karena kematian akibat penuaan disebabkan oleh berbagai proses yang terjadi secara paralel," ujar Gems.

                               

Gems juga menambahkan, penemuan ini memunculkan keraguan atas sebuah teori yang mengatakan bahwa penuaan hanyalah akumulasi dari kerusakan molekul. Meski begitu, penelitian yang memfokuskan pada peristiwa biologis selama penuaan dan kematian harus terus dilakukan agar para peneliti dapat menemukan celah untuk dapat menghalangi proses penuaan yang terjadi (Sumber: Kompas.com).

___________________________________________

Understanding the biology of longevity and ageing using a nematode model

The nature of the biological mechanisms at the heart of the ageing process is one of the greatest unsolved mysteries in science. An ideal model organism in which to study ageing is the free-living nematode Caenorhabditis elegans. This species has well-developed genetics, its ~100 million base pair genome is fully sequenced, and its life span is a mere 2-3 weeks. Importantly, numerous mutations have been identified in C. elegans which alter the rate of ageing, with some mutants living up to 10-times longer than wild-type worms. By understanding ageing in a simple animal like C. elegans we hope to begin to unravel the mystery of human ageing, and the wide range of diseases that it causes, from cardiovascular disease and type II diabetes, to Alzheimer's disease and cancer.


A focus of current work in this laboratory is understanding the genes and biochemical processes by which reduced insulin/IGF-1 signalling and dietary restriction increase lifespan. Other interests include sex differences in the biology of ageing, the role of the microbiome in ageing, evolutionary conservation of mechanisms of ageing, the mechanisms of organismal death, and bioethical implications of ageing research. Our work is largely funded by the European Union and the Wellcome Trust.

Research Team

Ahmed Ahmed, Research technician
Catherine Au, Research technician, email: catherine.au@ucl.ac.uk
Alex Benedetto, Postdoc, email: a.benedetto@ucl.ac.uk
Filipe Cabreiro, Postdoc, email: f.cabreiro@ucl.ac.uk
Yila de la Guardia, Graduate student, email: yila.guardia.10@ucl.ac.uk
Marina Ezcurra, Postdoc, email: marina.ezcurra@ucl.ac.uk
Inna Feyst, Masters student, email: inna_feyst@yahoo.de
David Gems (PI), Professor of Biogerontology, email: david.gems@ucl.ac.uk
Ann Gilliat, Graduate student, email: ann.gilliat@gmail.com
Rosina Pryor, Masters (M.Res.) student, email: rosina.pryor.09@ucl.ac.uk
Michele Riesen, Postdoc, email: m.riesen@ucl.ac.uk
Jennifer Tullet, Postdoc, email: j.tullet@ucl.ac.uk


Positions available

June 2013. A new postdoc position working on the biology of ageing in C. elegans will be available in the Gems lab, starting from August 2013. Interested applicants are welcome to email expressions of interest and CVs to David Gems, david.gems@ucl.ac.uk. See here for further information

Recent events

July 2013: Publication in the journal PLoS Biology of new study on the biology of organismal death in worms, see Publications

March 2013: Publication in the journal Cell of study on metformin, microbiota and ageing, seePublications

Feb 2013: Article in Scientific American features work from Gems lab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tanggapan codebreakers