90% responden memilih selamatkan 5 orang yang bersalah daripada 1 orang yang tak bersalah.
Peneliti akhirnya berhasil mengujicoba dilema etis yang terkenal dengan sebutan “trolley problem” dalam setting uji coba laboratorium yang sangat nyata. Filusuf sendiri telah memperdebatkan soal dilema ini selama beberapa dekade terakhir.
Umumnya, mereka menghadirkan sebuah situasi sebagai latihan mental. Sebuah kereta api akan menabrak 5 orang yang berjalan kaki di rel yang salah. Setelah itu, responden diminta untuk memilih apakah mereka akan memindahkan kereta ke jalur lain demi menyelamatkan 5 orang yang melanggar aturan tersebut.
Namun demikian, jika responden memindahkan kereta ke jalur lain, maka risikonya kereta akan menabrak satu orang yang berjalan kaki di tempat yang benar.
Baru-baru ini, peneliti melakukan uji coba untuk mengetahui respons manusia pada umumnya, jika menghadapi kondisi tersebut dalam suasana yang lebih nyata.
Dikutip dari Scientific American, 5 Desember 2011, mereka menempatkan 147 orang responden dalam sebuah lingkungan virtual 3 dimensi di mana mereka berada dalam sebuah tuas pengatur jalur lintasan kereta.
Mereka kemudian dihadapkan dengan situasi di mana ada 5 orang yang berjalan di rel kereta api yang salah dan 1 orang berjalan di rel kereta api yang benar. Di sisi kiri dan kanan kereta tersebut adalah jurang dan tiba-tiba serangkaian kereta akan menabrak 5 orang tersebut.
Lewat joystick, responden kemudian diminta untuk memilih. Apakah akan menggeser kereta ke jalur yang tidak seharusnya dan menabrak 1 orang yang berjalan di jalan yang benar, ataukah membiarkan kereta tetap berada di jalur yang semestinya dan menabrak 5 orang yang berjalan di jalur yang salah.
Ternyata, 90 persen responden penelitian tersebut memilih untuk memindahkan kereta ke jalur yang tidak seharusnya dan membunuh satu orang yang berjalan di jalur yang benar demi menyelamatkan 5 orang yang berjalan di jalur yang salah.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Emotion ini persis sama dengan studi-studi serupa yang dilakukan sebelumnya, namun hanya merupakan eksperimen abstrak.
Peneliti menyebutkan, meskipun dalam kondisi sangat realistis, dalam sebuah situasi yang membutuhkan tindakan cepat, orang-orang akan memilih apa yang disebut dengan ‘Sophie’s Choice’ yakni melakukan kebaikan yang ‘tampaknya’ lebih besar.
Umumnya, mereka menghadirkan sebuah situasi sebagai latihan mental. Sebuah kereta api akan menabrak 5 orang yang berjalan kaki di rel yang salah. Setelah itu, responden diminta untuk memilih apakah mereka akan memindahkan kereta ke jalur lain demi menyelamatkan 5 orang yang melanggar aturan tersebut.
Namun demikian, jika responden memindahkan kereta ke jalur lain, maka risikonya kereta akan menabrak satu orang yang berjalan kaki di tempat yang benar.
Baru-baru ini, peneliti melakukan uji coba untuk mengetahui respons manusia pada umumnya, jika menghadapi kondisi tersebut dalam suasana yang lebih nyata.
Dikutip dari Scientific American, 5 Desember 2011, mereka menempatkan 147 orang responden dalam sebuah lingkungan virtual 3 dimensi di mana mereka berada dalam sebuah tuas pengatur jalur lintasan kereta.
Mereka kemudian dihadapkan dengan situasi di mana ada 5 orang yang berjalan di rel kereta api yang salah dan 1 orang berjalan di rel kereta api yang benar. Di sisi kiri dan kanan kereta tersebut adalah jurang dan tiba-tiba serangkaian kereta akan menabrak 5 orang tersebut.
Lewat joystick, responden kemudian diminta untuk memilih. Apakah akan menggeser kereta ke jalur yang tidak seharusnya dan menabrak 1 orang yang berjalan di jalan yang benar, ataukah membiarkan kereta tetap berada di jalur yang semestinya dan menabrak 5 orang yang berjalan di jalur yang salah.
Ternyata, 90 persen responden penelitian tersebut memilih untuk memindahkan kereta ke jalur yang tidak seharusnya dan membunuh satu orang yang berjalan di jalur yang benar demi menyelamatkan 5 orang yang berjalan di jalur yang salah.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Emotion ini persis sama dengan studi-studi serupa yang dilakukan sebelumnya, namun hanya merupakan eksperimen abstrak.
Peneliti menyebutkan, meskipun dalam kondisi sangat realistis, dalam sebuah situasi yang membutuhkan tindakan cepat, orang-orang akan memilih apa yang disebut dengan ‘Sophie’s Choice’ yakni melakukan kebaikan yang ‘tampaknya’ lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar