Sabtu, 22 Oktober 2011

Bystander effect


Sunday, 23 October 2011
Harian Seputar Indonesia (SINDO) Kamis, 20 Oktober 2011, menulis sebagai headline-nya: ”Tragedi Moralitas di China”. 


Isi beritanya adalah tentang seorang gadis cilik bernama Yue Yue,berumur 2 tahun,yang entah kenapa terlepas dari pengawasan orang tuanya. Dia sedang asyik berjalan-jalan di keramaian pasar, sambil melihat ke kanan dan ke kiri, ketika sebuah mobil menabraknya dan mobil berikutnya menabraknya lagi. Kedua mobil itu kabur, dan Yue Yue terkapar di pinggir jalan. Saya kebetulan menyaksikan sendiri rekaman CCTV dari adegan yang terjadi di Kota Foshan, Guangzhou, China di CNN (konon sudah tersebar di media televisi sedunia).

Saya melihat bagaimana pengendara yang melintas, dan orang yang lalu lalang, hanya melirik, membelokkan sepeda motor atau mobilnya menghindari genangan darah dan agar tidak melindas tubuh cilik itu.Yang berjalan kaki pun melenggang saja. Menurut SINDO, ada 18 orang yang membiarkan anak itu terkapar sendiri sambil kesakitan, selama tujuh menit (kata CNN: 10 menit). Baru orang ke-19, yaitu seorang pemulung bernama Chen Xianmei. Pemulung inilah yang akhirnya menolong Yue Yue,mencarikan orang tua Yue Yue, dan membawanya ke rumah sakit.


Walaupun sempat mendapatkan pertolongan medis,nyawa YueYue akhirnya tidak bisa terselamatkan. Judul berita yang dijadikan headline oleh SINDO, mencerminkan katerkejutan dan kegalauan orang, melihat kelakuan orang China di sekitar TKP yang acuh tak acuh.Saya kutip dari SINDO, ”Sebagian warga juga mengaku heran mengapa tidak ada seorang pun yang menolong anak yang terluka parah.” ”Itu menjadi tragedi kemanusiaan yang menusuk hati para penduduk China. Berbagai komentar publik mengecam sosok-sosok yang lewat tanpa menolong YueYue”.

Selanjutnya SINDO menulis, ”Apa yang terjadi pada moralitas? Di mana simpati yang sebenarnya harus dimunculkan? Bagaimana mungkin manusia bisa lebih kejam dari hewan berdarah dingin? Pertanyaan- pertanyaan ini mengapung di ruang publik di China”, dan akhirnya SINDO menyimpulkan peristiwa ini dalam headline-nya sebagai ”Tragedi Moralitas di China”.

Benar, Kasus tabrak lari Yue Yue memang sebuah tragedi. Tetapi tidak ada urusannya dengan moralitas,apalagi dengan orang, masyarakat, bangsa, atau Negara China. Dalam Psikologi Sosial, gejala ini dinamakan Bystander effect ,atau dinamakan juga sindroma Genovese, karena pertama kali dikemukakan oleh dua psikolog Amerika John Darley dan Bibb Latane (1968), berdasarkan suatu peristiwa tragis pada 1964 yang meminta korban jiwa seorang gadis New York bernama Kitty Genovese. Pada 13 Maret 1964, pukul 03.00 dini hari,Kitty Genovese, 28,pulang ke apartemennya di daerah Queens,New York City.

Ketika itulah dia diserang oleh seorang pembunuh serial yang menusuknya berkali-kali. Kitty berteriak-teriak minta tolong, tetapi tidak seorang pun tetangga yang menolongnya. Seorang tetangga mendengarnya, membuka jendela, melongok keluar, si pembunuh lari, tetapi tetangga itu menutup lagi jendela dan si pembunuh datang lagi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Semua peristiwa itu berlangsung selama paling sedikit 30 menit, dan baru diketahui esok harinya. Menurut media massa, polisi mewawancarai tidak kurang 38 saksi yang mendengar atau melihat peristiwa itu,tetapi tidak satu pun yang turun tangan untuk menolong atau menelepon 911 (polisi).

Kasus ini kemudian menjadi contoh klasik dalam bukubuku dan kuliah-kuliah Psikologi Sosial di seluruh dunia. Peristiwa ini begitu mengejutkan buat orang New York ketika itu. Masyarakat pun heran dan marah. Mengapa orang-orang itu hanya bengong? Tetapi para psikolog bukan hanya heran,melainkan terus berusaha mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka membuat berbagai penelitian di laboratorium, dan hasilnya adalah bahwa memang kalau ada orang mendapatkan masalah/ kesulitan/kemalangan, orang lain yang lewat atau ada di sekitar itu (bystanders) cenderung tidak peduli.

Mereka lanjut saja dengan kegiatan masing-masing.Yang menarik, adalah bahwa makin banyak bystanders makin besar juga ketidakpedulian mereka, dan pertanyaan yang kemudian timbul adalah, mengapa seperti itu (tidak bermoral, lebih kejam dari hewan) bisa terjadi? Beberapa psikolog mengemukakan teori bahwa makin banyak kehadiran orang lain,makin seseorang merasa dirinya tidak perlu dirinya ikut campur. Tentunya di antara orang-orang lain itu,akan ada saja yang membantu korban, atau karena merasa dirinya tidak mampu menolong, bukan ahlinya.

Biarlah dokter atau polisi yang mengurusnya. Sebagian lain juga berpikir bahwa jangan-jangan kalau dia ikut-ikutan malah timbul masalah dengan polisi dsb.Mereka maumainselamatsaja.Padahal, semua orang tahu bahwa untuk menelepon ”911” untuk minta bantuan polisi,tidak diperlukan keahlian apa pun, dan kita sekarang tahu bahwa yang menolong Yue Yue hanyalah seorang pemulung, yang insya Allah, tidak sepandai merekamereka yang naik mobil atau sepeda motor.

Pakar lain mencoba menjelaskannya dengan teori overload, yaitu bahwa benak manusia (terutama yang sibuk, di kota-kota besar), sudah penuh sesak dengan berbagai urusan, sehingga enggan untuk memasukkan satu urusan lagi di kepalanya.Nah,hasil penelitian adanya kecenderungan untuk tidak menolong karena adanya banyak orang lain di situ, oleh para pakar psikologi sosial dinamakan Bystander effect. Kemudian ternyata teori Bystander effect ini diperkuat terus dengan bukti-bukti yang terjadi di lapangan.Pada Juni 2000, serombongan orang Puerto Rico yang mabuk, dalam pawai Hari Puerto Rico di Central Park, New York, tibatiba menjadi agresif secara seksual dan menyerang sekitar 60 perempuan.

Sedikitnya dua korban meminta bantuan polisi yang berjaga dekat situ, tetapi polisi-polisi itu diam saja (ternyata polisi AS lebih bego dari polisi Indonesia). Tidak ada seorang pun yang mencoba menelepon 911 atau menawarkan pertolongan.Pada 16 Juni 2008 di Turlock,California,Sergio Anguiar memukuli anaknya yang berumur dua tahun,di hadapan teman-temannya, kerabatnya, keluarganya, termasuk seorang komandan pemadam kebakaran sukarela. Semua diam saja, walaupun anak Anguiar hampir mati.

Akhirnya pacar komandan pemadam kebakaran menelepon 911 dan seorang polisi bernama Jerry Ramar datang dengan helikopter. Sambil menodongkan pistol, Ramar memerintahkan Anguiar untuk berhenti memukuli anaknya, yang dijawab Anguiar dengan ”menembak” Ramar dengan jarinya, dan Ramar membalasnya dengan menembaknya (dengan peluru betulan) di kepala.


Kalau mau diteruskan, masih banyak contoh Bystander effect yang lain.Tengok saja di sekeliling kita. Di rumah sakit tertentu, pasien bisa telantar beberapa jam, tanpa ada yang menolong, walaupun banyak paramedis berlalu lalang. Gelandangan terbaring di kaki lima,sakit,kepanasan,kehujanan, tidak bergerak-gerak, dan ketika akhirnya ada yang menghampiri, dia sudah mati. Bahkan kalau perlu, Anda pun bisa bikin percobaan sendiri. Buatlah diri Anda seakanakan sedang mendapat kesulitan di tengah orang banyak dan perlu pertolongan (misalnya pura-pura mencari sesuatu di lantai dan di bawah meja).

Minta teman Anda untuk mencatat berapa menit dan berapa orang yang lewat, sebelum akhirnya ada orang yang mau menolong Anda. Tetapi jangan salah. Kalau Anda seorang wanita,yang cantik dan seksi seperti Ayu Ting Ting, tidak sampai satu menit sudah banyak yang mau menolong, khususnya para om. Kalau Om Sarlito ada di sana pun pasti akan ikut sibuk mencarikan benda entah apa yang hilang itu. Siapa tahu doi Ayu Ting Ting beneran, dan kalau ketemu bisa minta nomor HPnya... hihihi....

SARLITO WIRAWAN SARWONO 
Guru Besar Fakultas Psikologi UI

http://en.wikipedia.org/Bystander_effectwiki/
http://listverse.com/2009/11/02/10-notorious-cases-of-the-bystander-effect/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tanggapan codebreakers