Kecerdasan emosional memang membuat orang lebih mudah mencapai sukses dalam hidup. Tapi untuk menemukan kebahagiaan dan makna dari kehidupan, diperlukan kecerdasan spiritual.
Pada beberapa tahun yang lalu, kita dikejutkan oleh peristiwa tragis yang terjadi di Bandung. Seorang wanita yang dikenal sholeh, berpendidikan tinggi, sanggup membunuh 3 anaknya sendiri dalam waktu 24 jam. Bagaimana mungkin seorang wanita yang taat beragama bisa melakukan hal seperti itu? Apalagi kemudian terungkap alasan dari tindakannya itu. Katanya, ia membunuh anak-anaknya justru karena sangat menyayangi anak-anaknya dan takul tidak mampu rnenjadi ibu yang baik.
Menurut DR Jalaluddin Rakhmat MSc, itu bisa terjadi karena dia tidak bahagia. Kalau meminjam istilahnya Tony Buzan, pakar tentang otak manusia dari Amerika, kemampuan seseorang untuk berbahagia dalam segala situasi berhubungan dengan kecerdasan spiritualnya. Seseorang yang dikatakan taat beragama belum tentu cerdas secara spiritual. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual? Dan apa bedanya dengan kecerdasan emosional?
Bedanya Kecerdasan Emosional dan Spiritual
Pada awalnya, orang hanya mengenal kecerdasan iritelektual, kemudian muncul kecerdasan emosional dan kini kecerdasan spiritual. Menurut DR Jalaluddin Rakhmat MSc, seorang psikolog, kecerdasan emosional (emotional intelligent) dipopulerkan Daniel Coleman meskipun dia bukan penemunya. Psikolog Howard Gardner adalah orang yang pertama menemukan sejenis kecerdasan untuk bisa memaharni orang-orang lain, dan disebutnya sebagai kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligent).
Oleh Daniel Coleman, selelah sepakat dengan penelili-peneliti lain, kecerdasan interpersonal itu disebutnya kecerdasan emosional. Pada intinya, kecerdasan emosional adalah kemampuan orang untuk memahami orang-orang di sekitamya, berinteraksi untuk mengembangkan empati, simpati, dan untuk bisa bekerjasama.
Sedangkan Howard Gardner merumuskan delapan kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan musikal, kinestetik (kemampuan menari), visual (kemampuan menggambar, mengekspresikan sesuatu dalam bentuk lukisan), logis matematis, interpersonal (personal), intrapersonal (berpikir refleksi), linguistik (menggunakan bahasa), dan naturalistik. Tapi Gardner tidak memasukkan kecerdasan spiritual karena katanya kecerdasan spiritual itu tidak punya tempat di dalam otak kita seperti kecerdasan yang lain.
Tapi belakangan kecerdasan spiritual itu menurut penelitian-penelitian di bidang neurologi (ilrnu tentang syaraf) justru punya tempat di dalam otak. |adi ada bagian dari otak kita dengan kemampuan untuk mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, untuk melihat Tuhan. Dalam hal ini maksudnya adalah menyadari kehadiran Tuhan di sekitar kita dan untuk memberi makna dalam kehidupan. jadi ciri orang yang cerdas secara spiritual di antaranya adalah bisa memberi makna dalam kehidupannya.
Sedangkan ciri umum orang yang cerdas secara emosional yaitu sukses dalam kehidupan, sukses dalam pekerjaan, mampu bekerjasama dengan orang lain, mampu mengendalikan emosi. Dia juga biasanya pintar menarik hati orang lain, bisa memahami sifat setiap orang dengan tepat, biasanya juga hafal nama-nama orang yang dikenalnya dan mengetahui kesenangan dan ketidaksukaan orang itu. Orang yang cerdas secara emosional itu dalam tingkat yang negatif bisa memanipulasi orang tapi dalam tingkat yang positif bisa menjadi pemimpin yang baik.
Cerdas Spiritual Beda Dengan Sikap Religius
Sayangnya, masih menurut DR jalaluddin Rakhmat, di Indonesia kecerdasan spiritual lebih sering diartikan rajin salat, rajin beribadah, rajin ke masjid, pokoknya yang menyangkut agama. Jadi kecerdasan spiritual dipahami secara keliru. Padahal kecerdasan spiritual itu kemampuan orang untuk memberi makna dalam kehidupan. Ada juga orang yang mengartikan kecerdasan spiritual itu sebagai kemampuan untuk tetap bahagia dalam situasi apapun tanpa tergantung kepada situasinya.
Mengutip Tony Buzan, pakar mengenai otak dari Amerika, DR jalaluddin Rakhmat menyebutkan bahwa ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa rnemikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini, kekuatan alam semesta misalnya), dan punya sense of humor yang baik. Di Amerika, pelatihan-pelatihan kecerdasan spiritual ditujukan untuk itu, yaitu melatih orang memilih kebahagiaan di dalam hidup.
Penelitian itu dilanjutkan sampai muncul aliran di dalam psikologi yang membuat terapi baru. Dulu kalau ada orang depresi diobati dengan obat anti depresi seperti prozak, sekarang cukup disuruh beramal, menolong orang lain, ternyata terjadi perbaikan. Dengan menolong dan beramal, dia menemukan bahwa hidupnya bermakna, dan itu namanya kecerdasan spiritual, jadi orang yang cerdas spiritual itu bukan yang paling rajin salatnya, tapi yang senang membantu orang lain, mempunyai kemampuan empati yang tinggi, juga terhadap penderitaan orang lain, dan bisa memilih kebahagiaan dalam hidupnya.
Di Indonesia buku Kecerdasan Spiritual yang pertama ditulis oleh Danah Zohar. Pada tulisan itu dia dikritik mengenai pandangannya , tapi ada juga yang tidak dikritik yaitu kata-kata Danah Zohar bahwa bisa saja seorang ateis malah memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Banyak orang menjadi ateis itu bukan karena argumentasi rasional tapi karena tingkah laku para pemeluk agama yang mengecewakan mereka misalnya melihat orang-orang beragama yang tidak bisa menghargai perbedaan pendapat, merasa dirinya paling benar, dan suka menghakimi orang lain.
“jadi ada orang yang tidak mempersoalkan Tuhan, yang penting bisa berbuat baik kepada orang banyak. Ini ciri orang yang cerdas spiritual juga. Sekarang baru terbukti secara psikologis bahwa banyak menolong orang itu membuat bahagia. Mengapa? Karena dengan begitu kita jadi menemukan misi hidup.” Demikian penjelasan DR |alaluddin Rakhmat.
Kecerdasan Spiritual Bisa Dilatih
Kini pelatihan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual semakin mudah ditemukan (lihat boks “Cara praktis cerdas spiritual” dan “Cerdas emosi dan spiritual lewat sembilan jalan”). Masih menurut DR Jalaluddin Rakhmat, mengikuti training bisa saja membantu mempengaruhi kecerdasan spiritual selama konsepnya benar. Keberhasilan seseorang belajar lewat training dapat dilihat jika setelah mengikuti training hidupnya berubah menjadi positif yang tadinya depresi atau menderita kecemasan, ketakutan pada masa depan, kebingungan, lalu menjadi bahagia.
Cara Praktis Cerdas Spiritual
Kecerdasan spiritual itu mempunyai banyak konsep, kiat, dan caranya. Orang yang cerdas secara spiritual itu bagaimana sih rasanya? Otak dan tubuhnya beroperasi seperti apa?
"cerdas secara spiritual atau dekat dengan Tuhan itu harus dibuktikan dengan berada di zona ikhlas yang mensyaratkan tiga hal, yaitu gelornbang otaknya harus lebih banyak dalam posisi Alfa dan Tetha, kemudian sistem perkabelan otaknya (neuropeptide) serasi dan memunculkan perasaan tertentu kepada Tuhan, lalu tubuhnya harus cukup mengandung hormon serotonin, endorfin, dan melantonin dalam komposisi yang pas. Dalam kondisi itu, maka dengan sendirinya ciri-ciri kecerdasan spiritual akan muncul."
"Tanpa ketiga syarat itu, agak sulit dipercaya. Misalnya seseorang mengaku dekat dengan Tuhan tapi hormon di tubuhnya dominan kortisol, yaitu hormon yang muncul pada saat orang stres, bagaimana mungkin? Seseorang yang dekat dengan Tuhan mestinya lebih banyak berada dalam kondisi khusyuk, kondisi rileks, dan hormon di tubuhnya pasti hormon yang bagus seperti hormon DHEA, serotonin, endorfin, dan melantonin".
Mempelajari kecerdasan spiritual tidak bisa begitu saja lewat buku, karena hasilnya hanyalah pemahaman kecerdasan spiritual lewat logika, apalagi kalau membacanya sambil stres. Akan lebih efektif jika menggunakar brainwave technology, yaitu dengan mendengarkan CD musik yang berfungsi menarik gelornbang otak ke Alfa-Theta selama 20 menit pada pagi dan petang hari.
Kita juga bisa melatih kecerdasan spiritual lewat puasa dengan syarat puasa tersebut dijalankan dengan benar. Karena puasa bisa menurunkan gelornbang otak dari Beta ke Alfa-Theta sehingga rnembuat orang lebih sabar dan memunculkan keinginan untuk berbuat baik. Kalau itu berlanjut hingga 10 hari maka otaknya akan stabil beroperasi di Alfa-Theta. " "Kalau hal itu bisa berlanjut hingga 20 hari, maka hormon-hormon yang baik dan menenangkan akan diproduksi oleh tubuh. Saat itu dia akan melihat hidup ini dengan cara lain, menjadi mudah bersyukur, mudah rnerasa terharu."
"Memunculkan perasaan mudah bersyukur itu penting sekali karena rasa syukur bisa diartikan sebagai kemampuan menikmati hidup ini apapun kondisinya, sehingga susah atau senang rasanya tetap nikmat. Rasa syukur yang benar, dalam arti betul-betul menghayati nikmatnya hidup, juga sangat membantu memunculkan kecerdasan spiritual.
Fakta menunjukkan bahwa Tingkat Kecerdasan Spiritual tidak selalu ditentukan oleh Tingkat Religiusitas, Psikologis, Intelektualitas, Umur dari seseorang. Sebab Kecerdasan Spiritual merupakan akses dari turunnya Hidayah Tuhan yang mempunyai dimensi “dibalik” Kecerdasan Intelektual IQ dan Kecerdasan Emosional EQ.
BalasHapusMayoritas manusia dengan populasi X = 90 – 99 % Tidak Cerdas SQ.
Akibatnya adalah, Manusia X = 90-99 % :
1. Kehendaknya Berlawanan dengan Kehendak Tuhan
2. Motivator Kehidupannya Salah (Data Harvard : 90 %)
3. Cara Berpikirnya Salah (Berdosa)
4. Sakit Jiwa (Data IDI Ahli Jiwa : 94 %)
5. Karakternya Tidak Dewasa
6. Visi-Motivasi Imannya Tidak Aktif
7. Tidak Mampu Mengendalikan Nasib dan Takdir-nya
8. Tidak Menikmati Kelimpahan Sejati
Sebabnya adalah : Hidayah Tuhan merupakan ‘rahasia’ yang tidak mampu difahami oleh mayoritas manusia, kecuali yang cerdas spiritualnya.
Reformasi SQ akan membentuk pribadi cerdas spiritual melalui proses yang disebut Tujuh Tahap Kurikulum Kehidupan yang wajib ditempuh secara berurutan di dalam kehidupan setiap manusia hingga akhir hayatnya.
BalasHapusTarget dari Reformasi SQ ini adalah menjadi Pribadi dengan Karakter Genius Hakiki yaitu genius sesungguhnya di mata Tuhan dan tidak hanya menurut pandangan manusia.
Pribadi cerdas spiritual ini mempunyai kemampuan atau kuasa Penciptaan Kelimpahan Sejati atas kehidupannya yang sangat diidam-idamkan oleh setiap manusia sebagai Tujuannya.
SQ Reformation juga menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan bangsa dan masyarakat. Selengkapnya baca Phylosophy.
Apakah Kelimpahan Sejati itu?
Kelimpahan Sejati terdiri dari lima faktor yang mencakup semua dimensi kecerdasan manusia. Kelimpahan tersebut bisa disebut Sejati kalau bisa terwujud nyata didalam kehidupan (bukan hanya teori), dan dicapai secara urut sesuai hirarkinya :
1. Kelimpahan Spiritual : Cerdas Spiritual (SQ)
2. Kelimpahan Jiwani : Penuh Damai Sukacita (ESQ)
3. Kelimpahan Hubungan : Penuh Kasih, Makna, Sinergi. (IEQ)
4. Kelimpahan Jasmani : Kesehatan Prima dan Umur Panjang. (PQ)
5. Kelimpahan Kuasa (Pengaruh) dan Materi (Harta). (Hasil Tuai SQ Cerdas)
Apakah Tingkat Kecerdasan SQ Bisa Diukur? : BISA!.
Ini adalah break-through atas pengukuran tingkat kecerdasan hakiki manusia selain IQ dan EQ. Memang tidak mudah, karena sesungguhnya Tingkat SQ sulit diketahui jika hanya dengan “questionaire” sebab hanya bisa muncul terlihat ketika ada masalah. Bagaimana respons seseorang terhadap masalah yang dihadapi tersebut, terutama yang menyangkut “uang”. Dan yang paling tahu adalah orang-orang terdekatnya (istri/ suami, orang tua/anak, bos/anak buah, guru/murid, majikan/pembantu dll).
Apakah bisa dilatih secara spiritual disamping puasa?
BalasHapuspuasa adalah salah satunya, hakekat puasa yang bukan secara menahan lapar dan haus saja, tapi berempati dengan apa yang dirasakan orang lain yang memang lapar dan haus karena kondisi realitanya begitu pula memanange hawa nafsu sesuai fitrahnya serta menyadari hakekat keberadaan diri kita, mengenal diri kita sehingga dapat memfungsikan diri dalam kehidupan. Bersyukur dengan pemberian Tuhan, hidup ini tidak pernah bisa dipesan, sifat, ras, nasib adalah bagian dari rencana-Nya. Tahap spiritual adalah suatu proses dalam rangka mengenal Esensi dan eksistensi keberadaan Ilahi yang Maha berencana akan segala sesuatunya. terima kasih
BalasHapus