Hampir semua bencana besar di Indonesia (khususnya) terdapat tanda-tanda bencana sebelum terjadinya. Hal ini adalah manifestasi dari sebuah pelajaran terdahulu tentang petunjuk sang Maha Tahu sebagaimana kisah qobil dan gagaknya. gagak si qobil adalah komunikasi efektif antara Sang Maha Pencipta dengan manusia yang memiliki keterbatasan.
Hal yang patut di mengerti adalah Qabil sebagai orang yang berdosa akhirnya menyesal sedalam-dalamnya, sehingga mampu menerima ‘komunikasi’ Allah dengan dirinya lewat iktibar burung gagak.
Al-maa’idah:31 Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya . Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Apalah yang terjadi sekiranya qabil tidak menyesali perbuatan atas visinya yang salah ? Bisa jadi dia tidak mampu menangkap ‘komunikasi’ Allah dengan mahluknya lewat burung gagak. Penyesalan adalah batas terendah manusia dan saat itulah selagi pintu dunia masih terbuka maka Allah memberikan petunjuk-Nya.
Diberi kemudahan untuk menerima petunjuk-Nya bagi orang yang menyesal atas perbuatannya. Hal ini menunjukkan bahwa Dzikir taubat merupakan pintu untuk menerima petunjuk-Nya dalam arti bentuk komunikasi Allah kepada hamba-Nya. Sekali lagi sekiranya qobil tidak menyesal atas kejadian itu, maka petunjuk Allah akan sulit di terima dan mungkin menganggap bahwa burung gagak itu sebagai burung yang biasa saja.
Bentuk komunikasi efektif lewat gagak dapat berwujud apa saja, saat awal di perkenalkan perintah kubur, maka tiada perintah dalam nash atau qauli wahyu, namun berupa iktibar gagak, kemudian dari itulah kuburan dikenal, mengapa Allah tidak langsung ‘berbicara’ atau ilham tetapi harus melalui burung gagak (ayat 31) ? (baca Kekuatan Tauhid : Bahasa di atas bahasa manusia)
Sebelum Membaca Ini maka renungkanlah......
Menguak rahasia alam semesta …. , bentuk dasar, perulangan, berurutan dan atribut
Biasanya sebuah peristiwa besar didahului oleh munculnya kembali sebuah peristiwa-peristiwa yang lama sebagai pengingat. Beberapa peristiwa aneh yang terjadi & merupakan perulangan dari peristiwa sebelumnya. Agar dalam membaca tulisan ini tidak diartikan sebagai ramalan atau ilmu gotak gatik matuk, maka disarankan sebelum membaca artikel ini, sebaiknya jernihkan pikiran & daya pikir untuk mengetahui rahasia alam semesta
Rahasia Alam Semesta
Rahasia alam semesta pernah dituliskan dalam artikel Membaca bentuk dasar. Manusia dengan berbagai polahnya senantiasa membentuk sebuah harmonisasi, jika tidak di runut asal muasalnya, maka terlihatlah sebagai bentuk yang rumit. Bentuk rumit ini dikenal sebagai sifat-sifat yang berbeda dalam diri manusia yang biasanya diakibatkan oleh atribut yang melekat.
Semua atribut yang melekat pada diri manusia akan terlihat sebagai ‘ketidak-adilan’ semu, padahal jika atribut tsb dilepas, maka terlihatlah mereka sebagai bentuk dasar. Sebagai misal seseorang yang lahir pada ibu/bapak islam, maka hampir 70% keatas kemungkinannya dia akan Islam juga, begitu pula agama kristen, budha & hindu dll. Sangat tidak relevan ketika masuk surga hal tsb diakibatkan karena kelahiran tsb (kasihan mereka yang tidak masuk surga karena bukan agama yang benar, apakah kita memilih kapan & dimana kita dilahirkan ?)
Melampui waktu, sekiranya kelahiran kita berada di lingkungan jaman nabi Musa dan kita dilahirkan sebagai orang mesir, maka hampir 70% keatas kita akan terkena ‘kutukan’ nabi Musa sebab nabi Musa lebih condong ke bangsa Israel daripada bangsa mesir, APAKAH KELAHIRAN sebagai sebuah pilihan ?
Boleh jadi pula yang saat ini getol menjadi pendeta ataupun pendakwah ulung, Kyai dan sebagainya, ketika dibalik kelahirannya di lingkungan yang berbeda dengan keadaan sekarang, maka 70% keatas, mereka akan berobah menjadi, jika pendeta maka menjadi Kyai atau jika Kyai bisa jadi pendeta yang hebat, manakala kelahiran beliau-beliau tersebut diubah atau dibalik.
Agar dapat menjawab berbagai macam pertanyaan diatas dan bahkan sejenisnya, maka diperlukan penghilangan semua atribut yang melekat hingga akhirnya pada bentuk dasar, dimana semua manusia akan terlihat sama yakni sebuah ruh tunggal yang memiliki pilihan, Bukannya sebuah atribut yang ‘kebetulan’ melekat sebagai sebuah ‘hadiah’ hingga akhirnya dengan hadiah itu akhirnya masuk surga ?
Lihatlah bentuk dasar manusia tanpa atribut kekayaan, kemiskinan, kesedihan & kegembiraan, lihat bentuk dasar tersebut, semua manusia baik cacat, sehat, gagah, lemah, perempuan, bencong, laki-laki, kesemuanya memiliki bentuk dasar yang sama. Dan ketika atribut yang terpakai, kebetulan lahir di orang tua kaya, maka 70% dia akan mewarisi kekayaannya, maka berubahlah ruh secara sepintas . Ketika atribut yang dipakai kebetulan lahir di orang tua miskin, maka berubahlah ruh secara sepintas.
Dari kesemuanya diatas, maka menghilangkan atribut tersebut secara pemahaman dan pemikiran, maka lahirlah bentuk dasar, yang membuat manusia sebagai sebuah jiwa yang sama tanpa atribut. Kesedihan dan kegembiraan adalah sebuah bumbu atau atribut kemanusiaan, namun esensinya sama, sebagai pelatihan bagi ruh, maka beruntunglah orang yang selalu membersihkan ruhnya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri ,dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. al-a’laa:15-16
Ketika diri bersih, maka rahasia alam akan terbuka sebagai bentuk-bentuk dasar yang berulang, Ada kelahiran, ada kematian. Ada kaya dan ada miskin, kesemuanya adalah SEBUAH PERULANGAN yang terus menerus terjadi dari mulai zaman para nabi terdahulu sampai saat ini.
Perulangan tersebut dipergilirkan dan dapat dibaca sebagai sebuah siklus yang pada intinya adalah pelajaran bagi diri yang mengalami dan sebagai peringatan bagi yang tidak mengalami.
Kejadian-kejadian di alam semesta juga merupakan manifestasi diri manusia beserta atributnya, semua kejadian memiliki bentuk dasar yang sama, hingga dapat terbaca sebagai sebuah pelajaran yang berulang-ulang.
Bahasa Universal
Sebelum membahas lebih detil masalah fenomena alam semesta, maka alangkah baiknya kita merenungkan pertanyaan sederhana ini “Dengan Bahasa Apakah, Tuhan semesta alam berbicara kepada semua mahluknya, lebih khusus kepada manusia ?”
Pertanyaan singkat, namun jawaban tersebut sangat panjang sekali, secara ringkas, pada ujungnya adalah kita menelusuri asal muasal bentuk komunikasi atau bahasa. Perhatikan nenek moyang manusia yakni nabi Adam ketika berkomunikasi.
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (al-baqoroh:31)
Apakah nabi Adam akan hapal seluruh nama-nama mahluk baik benda mati dan benda hidup di alam ini ?
Allah SWT, malaikat, nabi Adam, iblis; ketika pada masa itu, saling berkomunikasi dengan bahasa apakah ? itulah yang menjadi misteri sampai saat ini. Beberapa sumber mengatakan bahwa bahasa saat itu yang dipakai adalah bahasa arab, wallahu ‘alam.
Ketika ilmu pengetahuan menyelidiki, rumpun bahasa arab adalah asal muasal berasal dari bahasa aramaic (bahasa nabi Ibrahim), dan kemudian bercabang 2 menjadi bahasa ibrani dan bahasa arab. Jauh kebelakang sebelum nabi Ibrahim, maka ditemukanlah bahasa tertua di muka bumi ini yakni bahasa sumeria, yang biasa di sebut dengan cunei-form, agak mirip dengan bahasa simbol mesir (huruf paku).
Ilmu pengetahuan menegaskan, bahwa bahasa arab adalah anak dari suatu perkembangan bahasa yang lebih tua, sampai akhirnya ditemukan ujungnya sampai bahasa nabi Adam (yang turun ke bumi). Bahasa apakah itu ? wallahu’alam
Disini kita tidak memperdebatkan masalah komunikasi masa lalu, namun Allah SWT adalah Tuhan seluruh mahluk, baik benda mati, manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya. Apakah hewan, tumbuhan, benda mati bisa berbahasa ?
Disinilah diterangkan tentang bentuk komunikasi universal lain yang pernah terjadi yaitu, pelajaran terdahulu melalui se-ekor gagak yang berulang-ulang mengajarkan sesuatu:
Al-maa’idah:31 Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya . Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Itulah bahasa universal, baik Allah SWT (Sang Komunikator), burung gagak (media) dan si manusianya (komunikan) sendiri.
Dan ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap Allah berfirman: ” ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. : “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(al-baqoroh: 260)
Sebuah pesan yang jelas, yakni “apakah bahasa nabi Ibrahim saat memanggil burung yang telah di cincang tersebut?, apakah pula bahasa Allah SWT yang menyuruh nabi Ibrahiim , lalu bagaimana mahluk yang sudah mati, mengerti tentang panggilan itu ?” (catatan menurut sejarah, tahun masa nabi Ibrahim tersebut adalah bahasa aramaic, ibu dari bahasa arab dan ibrani, wallahu ‘alam)
Akhirnya bahasa paling fenomenal yang terjadi menurut catatan kitab suci, adalah bahasa nabi Sulaiman lewat pengertian bahasa binatang.
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”;maka dia tersenyum dengan tertawa karena perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni’mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud , apakah dia termasuk yang tidak hadir. (an-naml:18-20)
Perhatikan nabi Sulaiman yang merupakan anak dari nabi Daud, pada masa itu, menurut catatan sejarah, semasa itu yang dipakai adalah bahasa ibrani kuno, lalu apakah dengan bahasa ibrani tersebut, nabi Sulaiman bercakap dengan binatang ? , apakah tetap memakai bahasa ibrani kuno ? atau bahasa lain?
Perhatikan lagi bahasa yang dipakai nabi Yusuf, ketika beriktibar dengan mimpi yang berarti beliau mampu mena’birkan mimpi,
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui., ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku , sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (Yusuf:4)
Berbagai macam bahasa yang dipakai ketika berkomunikasi, akhirnya menuju pada sebuah penegasan
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya , supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Ibrahiim:4)
Apakah ujung dari semua bahasan mengenai bentuk komunikasi tersebut, ujung dari segala ujungnya adalah bahasa universal tentang “kezaliman” dan “kebaikan”
Dan sebelum Al Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (al-ahqaaf:12)
Alam Semesta adalah Alat
Menyimak jaman nabi Adam yang diberi sebuah ajaran oleh Allah SWT, hingga dapat mengetahui atau memberi label pada nama-nama benda, konon saat itulah akal mulai berperan penting. Setelah itu, dengan akal-lah manusia bisa memanfaatkan alam semesta alam untuk semua kepentingan dan keperluan.
Satu garis lurus, dengan akal itulah muncul berbagai macam bahasa yang terpengaruhi oleh lingkungan sekitar, semisal dalam sebuah labelisasi nama pada jaman modern ini, komputer, maka hal itu tidak dikenal pada masa lampau. Begitu banyak perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, maka sesungguhnya, alam semesta ini adalah alat bagi manusia.
Ketika berbagai ragam dan macam bahasa manusia, maka ketika inti sari dari sebuah label nama, baik dalam bahasa latin, inggris dan bahasa lainnya, tidak-lah mengubah arti dari benda itu sendiri.
Bahasa induk dari segala bahasa adalah bentuk komunikasi universal, hal ini diperoleh dengan menghilangkan segala macam atribut yang ada, sehingga munculah yang disebut definisi atau arti sebenarnya. Begitu pula dengan sebuah benda yang berulang-ulang terjadi, seperti halnya daun yang menari-nari, maka tarian daun itu tanpa dibahasakan sebagai sebab dari angin yang meniup daun tersebut.
Sebuah peristiwa demi peristiwa terjadi, ketika ditarik sebuah interaksi, maka ditemukanlah makna sesungguhnya dari peristiwa tersebut hingga ditemukan sebuah kejadian yang aneh aneh untuk menarik perhatian umat manusia, baca Kejadian Aneh – Aneh Menjelang Bencana Besar
Sumber : http://thephenomena.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar