Sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air yang ada di laut dan samudra. Air inilah yang diyakini menjadi fondasi kehidupan di bumi. “Namun masalahnya, bagaimana dan kapan lautan sampai atau muncul di sini,“ tanya Ted Bergin, profesor astronomi dari Universitas Massachusetts.
Pertanyaan itu mungkin bakal terjawab setelah ilmuwan menemukan “lapisan seperti laut“ pada sebuah komet oleh instrumen HiFi di Herschel Space Observatory.
Tumbukan komet itu ke bumi yang baru terbentuk memunculkan lautan di permukaannya.
“Ini teka-teki besar dan temuan baru yang merupakan bagian penting,“ kata Bergin pekan lalu. Bersama tim peneliti lain, mereka yakin bahwa lautan tersebut baru ada ketika bumi menginjak usia 8 juta tahun.
HiFi merupakan instrumen heterodyne untuk inframerah.
Instrumen ini mendeteksi lapisan seperti laut pada komet Hartley-2, yang melintas pada jarak 700 kilometer dari pesawat ruang angkasa milik Badan Antariksa Amerika (NASA), Deep Impact.
WASHINGTON, KOMPAS.com - Misi pengejaran benda luar angkasa yang dilakukan sebuah pesawat tanpa awak milik NASA akan melesat semakin mendekati targetnya yakni komet Hartley 2. Hari ini, pesawat tersebut melenting ke Bumi dengan memanfaatkan gara gravitasi untuk mempercepat lajunya. Pada tanggal 4 November 2010 pukul 10.01 pagi waktu AS, pesawat luar angkasa Epoxi yang kini bergerak dengan kecepatan 12,5 km per detik itu akan berada pada jarak 700 km dari komet, jarak terdekat yang akan dicapainya. Peristiwa pendekatan pesawat ruang angkasa ke komet ini akan menjadi catatan sejarah. Untuk kelima kalinya komet tersebut dipotret dengan jarak dekat dan untuk pertama kalinya pesawat yang sama mampu memotret dua komet. Sebelum memotret komet Hartley 2, misi Epoxi yang merupakan kelanjutan misi Deep Impact telah digunakan untuk memotret komet Tempel 1. Observasi komet Hartley 2 menggunakan Epoxi dimulai pada tanggal 5 Sepertember 2010. Sementara, masa pesawat mulai memasuki wilayah yang dekat dengan komet (encounter phase) akan dimulai pada tanggal 3 November 2010 , saat pesawat ruang angkasa itu berjarak 18 jam dari inti komet. Saat pesawat ruang angkasa ini memasuki encounter phase, ia akan mengarahkan dirinya ke komet, memancarkan dua cahaya tampak dan satu infrared ke arah komet. Posisi itu akan terus berlanjut hingga kurang lebih 24 jam dari awal encounter phase. "Saat itu, pesawat akan mengambil semua citra komet dan menyimpannya di dua komputer yang telah dipersiapkan. Beberapa jam kemudian, pesawat akan mulai mengarahkan dirinya ke bumi sehingga semua citra bisa dikirim ke bumi. Pada saat yang sama, pesawat masih akan mengambil citra-citra baru dari komet," kata Tim Larson, manager proyek Epoxi dilansir situs Badan Antariksa AS (NASA). Setelah semua citra terkirim, karakter dari nukleus komet Hartley akan mampu teridentifikasi. "Setelah gambar didapatkan, kami akan mampu membedakan karakter nukleus komet Hartley dengan komet Temple 1," kata Mike A'Heam, kepala tim investigasi yang berasal dari Universitas Maryland, AS. Masa-masa menunggu Epoxi sampai ke titik terdekat dengan Hartley 2 akan sangat menegangkan bagi para anggota tim. Pasalnya, Epoxi sebenarnya bukan sebuah pesawat ruang angkasa baru yang khusus dirancang untuk meneliti komet Hartley 2 sehingga semua kemungkinan bisa terjadi. EPOXI sebelumnya bernama Deep Impact yang sudah menyelesaikan misi sebelumnya pada 4 Juli 2005. Namun, kondisi pesawat ruang angkasa tersebut masih bagus. Dengan mendaur ulang Deep Impact menjadi Epoxi, NASA mampu menghemat 90 persen pembiayaan untuk misi sejenis. Komet Hartley 2 kebetulan tengah melintas pusat tata surya dan sempat berada pada jarak terdekat dengan Bumi sejauh 18 juta kilometer.
Sumber : NASA
Hartley-2 selama ini membeku dalam dingin di luar angkasa. Komet ini terdiri atas bongkahan es dan karbon dioksida beku. Para peneliti menemukan bahwa es di komet Hartley 2 memiliki komposisi kimia yang mirip laut di bumi. Ada campuran atom hidrogen dan atom deuterium, salah satu isotop kimia pada air berat. “Ini temuan pertama seperti lautan kita,“ kata Bergin.
HiFi sebelumnya telah memindai enam komet lainnya. Namun alat ini tidak menemukan lapisan seperti laut. Para astronom menduga Hartley-2 terbentuk lebih dekat ke bumi ketimbang enam komet lainnya pada sistem Sabuk Kuiper.
DAILYMAIL
HiFi sebelumnya telah memindai enam komet lainnya. Namun alat ini tidak menemukan lapisan seperti laut. Para astronom menduga Hartley-2 terbentuk lebih dekat ke bumi ketimbang enam komet lainnya pada sistem Sabuk Kuiper.
DAILYMAIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar