Perluasan alam semesta diawali oleh ledakan besar sekitar 14 miliar tahun lampau. Dalam beberapa miliar tahun pertama, laju pertumbuhan itu sedikit melambat. Akhirnya laju perluasan semakin cepat. Akselerasi itu diyakini sebagai pengaruh dari energi gelap, yang awalnya hanya bagian kecil dari alam semesta. Ketika konsentrasi materi kian encer akibat perluasan tersebut, energi gelap menjadi makin dominan. pernova jauh ternyata lebih lemah ketimbang perkiraan sebelumnya, sinyal bahwa laju pengembangan alam semesta kian cepat.
“Selama hampir satu abad alam semesta diketahui bertambah luas sebagai konsekuensi dari ledakan besar sekitar 14 miliar tahun lampau,“kata organisasi itu.“Namun temuan bahwa ekspansi itu makin cepat sangat mengejutkan. Jika ekspansi tersebut terus bertambah cepat, alam semesta akan berakhir dalam es.“ Ketiga peneliti itu juga terkejut mengetahui apa arti penemuan tersebut.
Sebelumnya, mereka menduga perluasan itu tengah melambat. Namun kesimpulan yang diperoleh seusai riset tersebut justru menyatakan sebaliknya: galaksi-galaksi saling menjauhi pada kecepatan yang kian cepat.
“Temuan ini sangat menggemparkan dunia fisika, temuan terbesar dalam 30 tahun terakhir,“kata Phillip Schewe, fisikawan dan juru bicara di Joint Quantum Institute, Maryland.“Saya ingat pada saat itu semua orang berpikir ada sesuatu yang keliru pada temuan tersebut.“ Tapi tak ada kesalahan apa pun pada hasil riset itu, bahkan temuan dasar tersebut diperkuat lagi oleh pengukuran lain. Peneliti lain menemukan bukti lain ketika mereka menganalisis radiasi gelombang mikro yang ditinggalkan ledakan besar dan hingga kini masih menyelimuti alam semesta. Perlmutter menyatakan timnya melakukan temuan itu secara bertahap, menganalisis data dan berasumsi bahwa temuan tersebut salah. “Setelah berbulan-bulan, Anda akhirnya akan percaya,“ ujarnya.“Itu bukan lagi sebuah hal yang mengejutkan,“katanya.
Lars Bergstrom, sekretaris komite Hadiah Nobel Fisika, mengatakan alam semesta yang mengembang dengan makin cepat mengakibatkan kosmos akan bertambah dingin ketika materi pengisinya tersebar luas di ruang angkasa. Kekuatan kosmis misterius, yang disebut sebagai energi gelap, diyakini berada di balik percepatan ini. Energi gelap tersebut hingga saat ini merupakan salah satu misteri besar alam semesta.
Fred Dylla, Direktur Eksekutif American Institute of Physics, mengatakan temuan ini mengkonfirmasi konstanta kosmologi, sebuah gagasan yang dicetuskan Albert Einstein. Gagasan itu dimasukkan Einstein dalam teori relativitasnya, yang menjadi batu penjuru fisika modern. Belakangan Einstein meralat sendiri ide yang disebutnya sebagai“blunder terbesar“ dirinya. Namun konstanta itu ternyata mengarah pada berbagai studi eksperimental dan teoretis di kemudian hari. Riset tersebut memiliki implikasi bahwa miliaran tahun yang akan datang, “Alam semesta akan menjadi sangat, sangat besar, tapi sangat dingin dan sepi,“kata Charles Blue, juru bicara American Institute of Physics. “Cahaya galaksi tidak dapat melintasi alam semesta. Langit akan tampak hitam kelam,“ujarnya.
| AP | REUTERS | NOBELPRIZE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar