Ohio - Mengendus pada binatang sudah lumrah menjadi perilaku umum. Tetapi, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa cara ini benar-benar menjadi bentuk komunikasi.
Di masa lalu, ritual mengendus berlaku ketika mereka berinteraksi sebagai perilaku mencium satu sama lain. Tetapi, Dr Daniel Wesson dari Case Western Reserve University School of Medicine, Ohio telah menemukan bahwa tikus yang sedang mengendus satu sama lain tak lain sebagai sinyal hierarki sosial dan mencegah perilaku agresif.
Pekerjaan sebelumnya menunjukkan bahwa tikus mirip dengan manusia. Binatang ini secara alami membentuk hierarki sosial yang kompleks. Dr Wesson menggunakan metode nirkabel untuk merekam dan mengamati tikus saat mereka berinteraksi.
Ia menemukan bahwa ketika dua tikus saling mendekati, akan terjadi komunikasi melalui endusan. Jika tikus dominan mengendus lebih sering, tikus bawahan akan mengurangi peran endusannya. Namun, jika tikus bawahan tidak melakukannya, tikus dominan akan lebih mungkin menjadi agresif.
Dr Wesson berteori bahwa tikus dominan akan menampilkan sinyal konflik penghindaran seperti monyet besar yang berjalan ke dalam suatu ruangan dengan memukul-mukul dadanya. Sebagai tanggapan, tikus bawahan hanya akan meringkuk dan berpaling, atau dalam kasus tikus, ia akan menurunkan kuantitas endusannya.
"Temuan baru dan menarik ini menunjukkan bahwa endusan binatang kepada yang lain sangat penting dalam jaringan sosial mereka," kata Dr Wesson, yang juga seorang profesor ilmu saraf. Menurutnya, perilaku mengendus ini mungkin mencerminkan mekanisme umum perilaku komunikasi berbagai jenis hewan dalam konteksi sosial.
Temuan Dr Wesson merupakan bentuk baru perilaku komunikasi pada tikus sejak dikaji pada 1970-an. Telah diketahui sebelumnya bahwa tikus berkomunikasi melalui frekuensi vokal ultrasonik. "Kami tahu bahwa tikus dan binatang yang lainnya dapat berkomunikasi melalui vokalisasi, kontak fisik, bau, dan tampilan sosial," katanya.
DAILY MAIL |
sxc.hu |
Pekerjaan sebelumnya menunjukkan bahwa tikus mirip dengan manusia. Binatang ini secara alami membentuk hierarki sosial yang kompleks. Dr Wesson menggunakan metode nirkabel untuk merekam dan mengamati tikus saat mereka berinteraksi.
Ia menemukan bahwa ketika dua tikus saling mendekati, akan terjadi komunikasi melalui endusan. Jika tikus dominan mengendus lebih sering, tikus bawahan akan mengurangi peran endusannya. Namun, jika tikus bawahan tidak melakukannya, tikus dominan akan lebih mungkin menjadi agresif.
Dr Wesson berteori bahwa tikus dominan akan menampilkan sinyal konflik penghindaran seperti monyet besar yang berjalan ke dalam suatu ruangan dengan memukul-mukul dadanya. Sebagai tanggapan, tikus bawahan hanya akan meringkuk dan berpaling, atau dalam kasus tikus, ia akan menurunkan kuantitas endusannya.
"Temuan baru dan menarik ini menunjukkan bahwa endusan binatang kepada yang lain sangat penting dalam jaringan sosial mereka," kata Dr Wesson, yang juga seorang profesor ilmu saraf. Menurutnya, perilaku mengendus ini mungkin mencerminkan mekanisme umum perilaku komunikasi berbagai jenis hewan dalam konteksi sosial.
Temuan Dr Wesson merupakan bentuk baru perilaku komunikasi pada tikus sejak dikaji pada 1970-an. Telah diketahui sebelumnya bahwa tikus berkomunikasi melalui frekuensi vokal ultrasonik. "Kami tahu bahwa tikus dan binatang yang lainnya dapat berkomunikasi melalui vokalisasi, kontak fisik, bau, dan tampilan sosial," katanya.
DAILY MAIL |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar