Tak main-main, peneliti melibatkan data dari 121 stasiun pengamatan cuaca. Mereka bisa mengetahui pergerakan angin sebelum dan saat terjadi gerhana dalam resolusi tinggi. Mereka juga memakai model peramalan yang diprogram tanpa memperhitungkan gerhana. Sebagaimana diharapkan, hasil yang disajikan model tepat dengan apa yang terjadi sebelum gerhana. Model juga menampilkan kondisi cuaca saat gerhana terjadi dalam beberapa menit saja.
Ramalan saat gerhana kemudian dicocokkan dengan data stasiun cuaca. Jika perubahan pergerakan angin terjadi, data stasiun dan data model komputer seharusnya menunjukkan perbedaan. “Gerhana adalah eksperimen alam skala besar,“ kata peneliti cuaca dari University of Reading, Suzanne Gray. Perbedaan tersebut jelas terbaca. Hasil penelitian menunjukkan kecepatan angin melambat hingga 0,7 meter per detik pada daerah yang dilewati bayangan bulan. Di daerah ini, angin berganti arah, berlawanan dengan arah jarum jam dengan rata-rata perubahan sebesar 17 derajat. Peristiwa ini praktis membuat angin bergerak ke arah timur.
Catatan juga menunjukkan selama gerhana terjadi penurunan suhu udara sebesar 1 derajat Celsius. Sebelumnya peneliti pernah mempelajari dampak gerhana terhadap atmosfer. Namun penelitian sebelumnya hanya melibatkan titik pengamatan yang terbatas. Pemodelan komputer tak dipakai untuk membandingkan efek gerhana. Penelitian beresolusi tinggi baru bisa dilakukan saat ini karena model peramalan cuaca resolusi tinggi mulai dikembangkan dalam satu dekade terakhir. “Kini kami bisa menggunakan model komputer untuk mendapatkan gambaran jelas dampak gerhana terhadap angin,“ kata Gray. Penurunan suhu udara selama gerhana analog dengan yang terjadi ketika matahari menghilang pada malam hari. Ketiadaan cahaya matahari membuat pasokan panas menghilang.
Perubahan pergerakan angin agak di luar perkiraan. Menurut Gray, pendinginan atmosfer membuat energi angin berkurang dan menyebabkan perlambatan gerak. Namun pergantian arah angin baru teramati sekarang. Ahli cuaca, Helm Clayton, pernah meramalkan efek ini pada 1901. Ia mengajukan hipotesis “siklon gerhana“ yang menyebutkan, ketika bayangan bulan jatuh ke bumi, pusat udara dingin terbentuk, menciptakan siklon berusia pendek yang menggerakkan angin ke arah berlawanan dengan gerak jarum jam.
PHYSORG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar