Robot yang dilengkapi laser dan pendeteksi radiasi bakal mendarat di daerah khatulistiwa planet merah.
Tepatnya, daya kendaraan terbaru Mars itu akan diperoleh dari Plutonium (Pu-238). Plutonium akan meluruh, menghasilkan energi yang diperlukan oleh setiap peralatan yang dibawa. Penggunaan Plutonium juga memiliki kelebihan karena kendaraan antariksa ini tidak lagi bergantung pada sinar Matahari. Siang ataupun malam, energi bisa dihasilkan dan perlatan bisa digunakan. Untuk memastikan keamanan penggunaan Plutonium yang merupakan bahan radioaktif, Laboratorium Nasional Idaho di Amerika Serikat telah mendesain lapisan pelindung bahan bakar itu sesempurna mungkin. Tes keamanan telah dilakukan secara ekstensif dan laboratoroium itu menyatakan bahwa generatorr nuklir bisa digunakan hingga 26 kali misi jika dikehendaki.
|
Waktu menunjukkan Agustus 2012 di Bumi. Kawah Gale, yang terletak di Khatulistiwa planet Mars, tiba-tiba dikejutkan oleh jatuhnya robot mobil seberat 850 kilogram. “Wilayah ini sebelumnya tidak tahu apa yang bakal jatuh dan berjalan di atasnya,“ kata Jim Rice, ilmuwan NASA yang bekerja di proyek Mars Science Laboratory, kemudian tertawa. Memang, kawah Gale-lah yang akhirnya dipilih sebagai lokasi pendaratan robot berna ma Curiosity. Kandidat sebelumnya adalah kawah Eberswalde, kawah Holden, dan lembah Mawrth.
Kendaraan penjelajah Planet Mars paling canggih, Curiosity, yang merupakan bagian dari Laboratorium Sains Mars akan diluncurkan Sabtu (26/11/2011) mendatang. Kendaraan senilai 2,5 miliar dollar AS yang dilengkapi dengan enam ban, kamera video, bor, penyorot sinar laser, serta peralatan lain yang mendukung untuk penelitian batuan dan tanah itu akan diluncurkan dengan roket Atlas V dari Cape Canaveral Florida, AS. |
Beberapa pihak memang menentang penggunaan Plutonium. Namun, sesuai publikasi Wired, Selasa, perekayasa memperkirakan bahwa kemungkinan kecelakaan hanya 1 banding 400. Dan jika hal itu terjadi, paparan radiasinya pun tidak akan melebihi jumlah radiasi yang diterima manusia dari alam. Bahan bakar akan diisi pada kendaraan pada tahap akhir sebelum peluncuran.
Gale dipilih karena lokasi ini memiliki tanda pernah adanya air dan bahan organik. Misi Mars Science Laboratory adalah menemukan wilayah di planet merah yang mendukung kehidupan. Sabtu pekan lalu, roket Atlas V-541, yang membawa wahana milik Mars Science Laboratory, meluncur dari pangkalan Cape Canaveral, Florida. Pesawat antariksa ini akan terbang sejauh 352 juta mil menuju Mars. Pada Agustus 2012, pesawat diharapkan mencapai atmosfer planet tersebut dan menurunkan Curiosity.
Jika berhasil, Curiosity--yang bertenaga nuklir--menambah deretan kendaraan milik makhluk Bumi yang mendarat di Mars. Lusinan wahana antariksa telah dikirim ke Mars oleh Uni Soviet, Amerika Serikat, beberapa nega ra Eropa, dan Jepang. Antara lain, Mars Pathfinder pada 1997 dan Mars Exploration Rover pada 2007-2010.
Wahana yang saat ini sedang aktif di Mars adalah Mars Reconnaissance Orbiter (sejak 2006), Mars Express (sejak 2003), Mars Odyssey 2001 (sejak 2001), dan Opportunity (sejak 2004). Sedangkan wahana yang baru saja menyelesaikan misinya adalah Mars Global Surveyor (1997-2006) dan Spirit (2004-2010).
Dari namanya, Mars Science Laboratory, yang berbiaya US$ 2,5 miliar, lebih kompleks dan bersifat ilmiah. Selain Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), megaproyek ini meli batkan Badan Antariksa Federal Rusia. Curiosity, yang dirancang bersama ilmuwan Rusia, memi liki 17 kamera, sebuah lengan robot, perangkat sinar laser, dan alat bor untuk memecah batu di planet itu. Sergey Saveliev, Wakil Kepala Badan Antariksa Federal Rusia, menjelaskan bahwa proyek ini merupakan kelanjutan dari keg iatan bersama untuk meneliti Mars. “Kami ingin meningkatkan kembali pemahaman masyarakat internasional tentang eksplorasi dan pengetahuan planet ini,“ katanya.
Eksekutif NASA berjanji misi ini akan membantu menguak berbagai rahasia sejarah lingkungan planet Mars. Peralatan “rover“ itu, ujar mereka, digunakan untuk meneliti apak ah kawasan pendaratan pernah menopang kehidupan mikrobi ologis. “Karena itu, saya sangat antu sias menunggu Curiosity menda rat di Mars dan mendapatkan sesuatu yang kami cari,“kata John Grotzinger, ilmuwan yang ter gabung dalam misi Mars Science Laboratory, seusai peluncuran roket Atlas, yang tanpa awak. Michael J. Mumma, ilmuwan senior NASA, yakin bahwa pla net Mars memiliki syarat untuk manusia bisa hidup dalam kon disi darurat. Dia merujuk pada metana dalam atmosfer planet tersebut. “Kehidupan pasti bisa tumbuh di sana,“ ujar Mumma, yang pernyataannya soal meta na di Mars pernah jadi kontro versi.
KOALISI AMERIKA DENGAN RUSIA
Ada 10 instrumen di Curiosity yang akan digunakan untuk menemukan bukti-bukti kehidupan di Mars. “Kekuatan misi Mars Science Laboratory adalah kombinasi dari semua instrumen secara bersamaan,” kata Igor Mitrofanov dari Space Research Institute, Rusia. Instrumen Dynamic Albedo of Neutron (DAN), misalnya, akan memandu kondisi bawah tanah hingga kedalaman setengah meter. Peralatan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teknologi nuklir yang mendeteksi air di orbit Mars.
“Albedo” merujuk pada proses refleksi, bagaimana neutron berenergi tinggi disuntikkan ke dalam tanah. Neutron yang bertabrakan dengan atom hidrogen akan terpental. Dengan mengukur energi dari neutron yang bocor dari tanah, instrumen DAN mampu mendeteksi jumlah hidrogen. Teknologi ini telah digunakan dalam eksplorasi minyak bumi di Rusia. Selain itu, instrumen DAN dikembangkan oleh Space Research Institute Moskow, NL Dukhov All-Russia Research Institute of Automatics Moskow, dan Joint Institut of Nuclear Research di Dubna. Mitrofanov adalah peneliti utama instrumen ini di NASA Mars Odyssey. Menurut dia, Curiosity dapat mengambil sampel tanah dengan lengan atau rodanya.
Sampel itu akan diteliti di generator neutron yang ada pada pinggul kanan Curiosity. Pada bagian kirinya, ada dua detektor neutron yang mampu memancarkan 10 juta tembakan pulsa ke dalam tanah selama misi. Tantangan utama misi ini adalah menentukan strategi bagaimana menggunakannya. “Kami ingin pemahaman yang lebih baik tentang di mana air telah hilang,” kata Alberto Behar, ilmuwan dan penyelidik DAN pada NASA Jet Propulsion Laboratory.
● UWD| NASA | NYTIMES |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar